MAKLUMAT – Pertemuan tertutup antara Presiden Prabowo Subianto dan mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara IV, Jakarta Selatan, Sabtu (4/10), terus menuai sorotan publik dan pengamat politik.
Tak ada ajudan, staf, maupun pejabat negara yang mendampingi keduanya. Situasi ini berbeda dari kebiasaan sebelumnya yang kerap terbuka dan sarat simbol rekonsiliasi.
Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu menilai pertemuan tersebut menandai perubahan sikap politik Presiden Prabowo yang kini ingin lebih mandiri dari pengaruh Jokowi.
“Beliau tampaknya sudah tidak mau lagi terjebak, atau dijebak, oleh strategi Joko Widodo,” ujar Said Didu dalam kanal YouTube Hersubeno Point, Senin (6/10).
Menurutnya, langkah Prabowo yang membatasi komunikasi publik dalam pertemuan itu menunjukkan kehati-hatian sekaligus pesan bahwa dirinya kini memegang kendali penuh atas arah politik nasional.
“Dulu setiap pertemuan mereka selalu diatur dengan narasi untuk memperkuat citra Jokowi. Sekarang tidak lagi. Prabowo ingin memastikan, setiap langkah adalah keputusannya sendiri,” lanjut Said.
Sehari setelah pertemuan tersebut, Presiden Prabowo memimpin upacara HUT ke-80 TNI di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu (5/10). Dalam pidatonya, Prabowo tidak sekali pun menyebut nama Jokowi, sesuatu yang tak lazim dalam tradisi kenegaraan beberapa tahun terakhir.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Studi Demokrasi Rakyat (SDR) Hari Purwanto menilai absennya nama Jokowi dalam pidato itu bukan tanpa makna.
“Itu bisa dibaca sebagai pesan bahwa Prabowo ingin menegaskan kemandirian kepemimpinan. Ia ingin mengembalikan fokus TNI dan pemerintahan kepada dirinya sebagai panglima tertinggi,” ujar Hari.
Hari menilai dua peristiwa yang berdekatan, yakni pertemuan di Kertanegara dan pidato HUT TNI, mencerminkan satu pola komunikasi yang sama Prabowo sedang menata ulang jarak politik dengan Jokowi tanpa menciptakan konfrontasi.
Langkah-langkah simbolik Prabowo dalam sepekan terakhir mengindikasikan upaya menegaskan otoritasnya di awal masa pemerintahan. Setelah bertahun-tahun dipersepsikan sebagai penerus proyek politik Jokowi, kini Prabowo tampak ingin membangun identitas kekuasaan yang berdiri di atas fondasi sendiri.
Bagi sebagian kalangan, ini menjadi sinyal dimulainya era kemandirian kekuasaan Prabowo. Fase di mana orientasi politik negara tidak lagi berpusat pada figur lama, melainkan pada arah dan gaya kepemimpinannya sendiri.
Berikut timeline hubungan Prabowo–Jokowi (2019–2025):
2019 Prabowo bergabung ke kabinet Jokowi sebagai Menhan (rekonsiliasi pasca-pilpres)
2022 Jokowi memberi sinyal dukungan ke Prabowo (konsolidasi jelang pilpres)
2024 (Feb) Prabowo menang pilpres (awal transisi kekuasaan)
2024 (Okt) Jokowi lengser, Prabowo dilantik (pergeseran pusat loyalitas elite)
2025 (Okt) Pertemuan Kertanegara & pidato HUT TNI tanpa sebut Jokowi (sinyal kemandirian kekuasaan