DEAL! Israel Ketuk Palu, Gencatan Senjata di Gaza Akhirnya Dimulai

DEAL! Israel Ketuk Palu, Gencatan Senjata di Gaza Akhirnya Dimulai

MAKLUMAT – Kabinet Perang Israel akhirnya mengetuk palu gencatan senjata. Mereka resmi menyetujui rencana gencatan senjata di Jalur Gaza yang diusulkan oleh Presiden Donald Trump pada Jumat pagi (10/10/2025).

Langkah krusial ini membuka jalan pembebasan semua sandera yang ditawan Hamas, sekaligus menjadi kunci untuk mengakhiri perang dua tahun yang telah memorak-porandakan Timur Tengah.

Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pun merilis pernyataan singkat. Isinya menegaskan bahwa kabinet menyetujui “garis besar” kesepakatan pembebasan sandera. Namun, mereka tidak merinci aspek-aspek lain yang lebih kontroversial dalam rencana itu.

Meski begitu, jalan menuju damai total masih panjang. Rencana ini menurut laporan Arab News, masih menyisakan banyak pertanyaan besar. Misalnya, bagaimana Hamas akan melucuti senjatanya, dan siapa yang kelak akan memegang kendali pemerintahan di Gaza.

Namun, angin segar perdamaian kini berembus lebih kencang. Kedua kubu tampak selangkah lebih dekat untuk menyudahi perang yang telah menewaskan puluhan ribu warga Palestina, meratakan Gaza, dan memicu kelaparan hebat.

Konflik ini bermula dari serangan mematikan Hamas pada 7 Oktober 2023. Peristiwa itu tak hanya memicu perang di Gaza, tetapi juga menyulut konflik lain di kawasan, mengobarkan protes global, dan memunculkan tuduhan genosida yang terus dibantah Israel.

Serangan Hamas menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya. Israel membalas dengan serangan dahsyat yang menewaskan lebih dari 67.000 warga Palestina dan melukai hampir 170.000 lainnya, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza.

Baca Juga  Pejabat AS Sebut Trump 'Veto' Rencana Israel Bunuh Ayatollah Ali Khamenei

Ironisnya, beberapa jam sebelum kesepakatan disetujui, Israel justru terus menggempur Gaza. Warga melaporkan ledakan hebat di Gaza utara pada Kamis. Serangan lain menghantam sebuah gedung di Kota Gaza, menewaskan sedikitnya dua orang dan membuat 40 lainnya terperangkap di bawah reruntuhan. Hamas menuding Netanyahu sengaja “mengacak kartu” untuk membingungkan para mediator.

Di pihak lain, pejabat senior Hamas, Khalil Al-Hayya, membeberkan syarat utama mereka. Ia menuntut Israel membebaskan 2.000 tahanan Palestina, membuka perbatasan Mesir, melancarkan aliran bantuan, dan menarik total pasukannya dari Gaza.

“Kami menyatakan hari ini bahwa kami telah mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang dan agresi terhadap rakyat kami,” tegas Al-Hayya dalam pidato televisinya.

Perayaan di Tengah Puing Kesedihan

Kabar gencatan senjata ini disambut dengan perasaan campur aduk di lapangan. Di kota Khan Younis, Gaza selatan, warga merespons dengan tenang, dibayangi duka yang mendalam.

“Saya senang sekaligus sedih. Kami telah kehilangan banyak orang, teman, dan keluarga. Kami kehilangan rumah kami,” ujar Mohammad Al-Farra. “Meskipun kami bahagia, kami tak kuasa menahan diri untuk memikirkan apa yang akan terjadi. Daerah yang akan kami tuju kembali tak layak huni.”

Suasana kontras terjadi di Tel Aviv. Keluarga para sandera membuka sampanye dan larut dalam tangis bahagia. “Kami sangat gembira pagi ini. Kami menangis sepanjang pagi,” kata Sharon Canot di Yerusalem. “Sudah dua tahun kami berada dalam kengerian.”

Baca Juga  Hadapi Tarif Trump, Asosiasi Tekstil Tekankan Perbaikan Regulasi hingga Pendidikan Pekerja

Menurut sumber internal, Hamas akan membebaskan semua sandera yang masih hidup dalam beberapa hari. Sebagai imbalannya, militer Israel akan mulai menarik pasukannya. Dari 48 sandera, sekitar 20 orang diyakini masih hidup. “Mereka semua akan kembali pada hari Senin,” janji Trump melalui sambungan telepon kepada keluarga sandera.

Mekanisme Gencatan Senjata 

Sejumlah pejabat dari Mesir dan Hamas membocorkan teknis dari kesepakatan ini. Pertama, kedua pihak akan menandatangani perjanjian resmi di Mesir. Perjanjian itu akan memuat daftar lengkap tahanan yang bebas dan peta penarikan pasukan Israel tahap pertama.

Kedua, Israel akan mempublikasikan daftar tahanan itu. Para korban dari aksi para tahanan akan diberi waktu 24 jam untuk mengajukan keberatan.

Ketiga, penarikan pasukan Israel bisa dimulai secepatnya pada Kamis malam. Sementara itu, proses pembebasan sandera dan tahanan akan dimulai pada hari Senin.

Keempat, otoritas akan membuka kembali lima penyeberangan perbatasan, termasuk gerbang Rafah yang vital antara Gaza dan Mesir.

Posisi Netanyahu

Bagi Netanyahu, hari-hari ke depan akan menjadi pertaruhan politik yang berat. Kekuasaannya sangat bergantung pada dukungan mitra koalisi sayap kanan yang selama ini menuntutnya untuk terus berperang sampai Hamas musnah.

Namun, Donald Trump justru melihat sebaliknya. Menurutnya, kesepakatan ini malah memperkuat posisi politik Netanyahu. “Dia jauh lebih populer hari ini daripada lima hari yang lalu,” klaim Trump. “Saya dapat memberi tahu Anda sekarang, orang-orang seharusnya tidak mencalonkan diri melawannya. Lima hari yang lalu, mungkin bukan ide yang buruk.”***

Baca Juga  Sambut Gencatan Senjata, Muhammadiyah Harap Pemerintah Lebih Aktif Dukung Kemerdekaan Palestina
*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *