Pelindo Properti Indonesia dan Jalan Panjang Membangun Budaya K3

Pelindo Properti Indonesia dan Jalan Panjang Membangun Budaya K3

MAKLUMAT – Keselamatan di gedung bertingkat tak selalu ditentukan teknologi atau sistem proteksi canggih. Lebih dari itu, keselamatan adalah perkara kesadaran manusia yang menempatinya.

Prinsip inilah yang menjadi perhatian serius PT Pelindo Properti Indonesia (PPI)—anak usaha Pelindo Group—dalam membangun budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di setiap lini operasionalnya.

Pesan itu mengemuka dalam Safety Forum bertajuk “Kesiapsiagaan di Gedung Bertingkat: Menumbuhkan Budaya Keselamatan yang Berkelanjutan”, di Pelindo Place Office Tower, Surabaya, Jumat (10/10/2025).

Cukup banyak antusiasme dari peserta yang meliputi tenant, tim K3, dan pengelola gedung. Mereka sehari-hari beraktivitas dalam sistem yang menuntut kesiapsiagaan, yang kerap terlena rutinitas.

Edi Priyanto, praktisi keselamatan kerja sekaligus Wakil Ketua Dewan K3 Provinsi Jawa Timur menegaskan dengan kalimat yang sederhana namun menggugah. “Bangunan bisa megah, sistem bisa canggih, tapi tanpa kesadaran manusia, semuanya tak berarti,” katanya membuka diskusi.

Bagi Edi, kesiapsiagaan bukan soal alat pelindung diri, sistem alarm, atau perangkat pemadam kebakaran. K3, katanya, adalah tentang bagaimana manusia bertindak, peduli, dan saling menjaga di tengah risiko yang selalu mungkin terjadi.

Ia mengingatkan tragedi Grenfell Tower di London (tahun 2017). Gedun ini terbakar dan menewaskan puluhan jiwa karena kelalaian kecil. Dari sana, ada pelajaran penting, bahwa keselamatan sejati tidak bisa didelegasikan. Ia tumbuh dari kesadaran kolektif.

Baca Juga  AS Cabut Izin Operasi TikTok, Bagaimana Masa Depannya?

“Keselamatan tidak bisa diserahkan pada alat. Ia hidup lewat perilaku,” tegasnya.

Menanamkan K3 sebagai Kebiasaan

Direktur Utama PT Pelindo Properti Indonesia, Pitria Kartikasari, menegaskan bahwa forum ini bukan kegiatan seremonial. PPI, kata dia, tengah membangun kebudayaan baru—menjadikan K3 sebagai kebiasaan yang melekat dalam keseharian penghuni gedung.

“Keselamatan bukan program sesaat, melainkan kebiasaan yang harus terus-menerus mendapat porsi latihan,” ujar Pitria.

PPI secara rutin menggelar pelatihan tanggap darurat, simulasi evakuasi, dan edukasi penghuni untuk memastikan semua pihak memahami langkah-langkah penanganan situasi berisiko.

Bagi mereka, gedung yang aman bukan diukur dari lengkapnya alat proteksi, melainkan dari kesadaran dan kesiapan penghuninya. “Kami ingin Pelindo Place menjadi gedung yang secara fisik tangguh terhadap budaya keselamatan,” katanya.

Latihan yang Menjadi Naluri

Edi menekankan, harus memahami latihan keselamatan bukan sebagai formalitas administratif, melainkan proses membentuk naluri bertindak. “Saat darurat, manusia tidak sempat berpikir panjang. Ia akan bertindak sesuai kebiasaannya,” ujarnya.

Karena itu, ia mendorong pengelola gedung untuk menjadikan simulasi evakuasi sebagai kegiatan rutin yang bermakna. Langkah kecil seperti memastikan jalur evakuasi tidak terhalang dan tidak menutup pintu darurat. Juga tidak atau menegur rekan kerja yang lalai, adalah bagian dari pembangunan budaya K3 yang sesungguhnya.

“Keselamatan bukan proyek jangka pendek, tapi proses panjang yang berangkat dari hati,” kata Edi lagi.

Baca Juga  Saigon New Port Kunjungi TTL, Belajar Konsep Green Port

Keselamatan sebagai Simbol Kemajuan

Melalui kegiatan ini, PPI menegaskan komitmennya menjadikan Pelindo Place bukan hanya ikon arsitektur kawasan pelabuhan Surabaya, tetapi juga simbol kepedulian terhadap keselamatan manusia.

Pitria berharap, nilai-nilai K3 di Pelindo Place dapat menular ke gedung-gedung lain di Surabaya maupun kota besar lainnya.

*) Penulis: Arief Rochman

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *