MAKLUMAT – Kondisi putri seorang pengurus Muhammadiyah Ranting Keputih yang menjadi korban pelecehan seksual di Surabaya kini perlahan membaik. Meski demikian, sang ayah mengungkapkan kecemasan mendalam yang masih menyelimuti keluarganya, terutama bayangan jika pelaku suatu saat bebas dan kembali ke lingkungan mereka.
Hampir tiga pekan berlalu sejak peristiwa yang menggegerkan wilayah Keputih, Kecamatan Sukolilo itu terungkap pada Jumat (19/9/2025). Ayah korban menuturkan bahwa keluarga masih terus berupaya keras untuk memulihkan rasa aman dan kepercayaan diri putrinya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).
“Kondisi putri saya perlahan membaik, tapi kami masih terus mendampinginya,” ujar sang ayah saat dihubungi pada Kamis (9/10/2025).
Di tengah upaya pemulihan putrinya, ia tak bisa menutupi kekhawatiran terbesarnya. Keluarga pelaku memang sempat datang untuk meminta maaf, namun luka dan rasa cemas belum sepenuhnya hilang.
“Meski berat, kami memaafkan. Tapi kami masih diliputi kekhawatiran jika pelaku suatu saat akan bebas. Sulit membayangkan jika anak saya harus kembali melihat pelaku di sekitar rumah,” ungkapnya.
Karena kekhawatiran inilah, mereka berharap pelaku tidak lagi tinggal di lingkungan yang sama jika telah selesai menjalani hukuman. “Saya awam soal hukum seperti ini. Karena itu, saya sangat berharap segera ada pendampingan dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) terdekat,” pungkasnya.
Proses Hukum dan Pendampingan Berjalan
Saat ini, pelaku yang merupakan tetangga korban, Mauli (52), masih mendekam di Polrestabes Surabaya untuk proses hukum lebih lanjut di Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim.
“Saya belum diberitahu bagaimana kabar dari pelaku hari ini, tapi yang saya tahu dia masih di Polrestabes. Kabar terakhir yang saya terima, pelaku masih menjalani masa penahanan selama 20 hari. Penyidik tengah mengumpulkan bukti-bukti,” lanjutnya.
Ayah korban juga menceritakan bahwa ia telah mendampingi putrinya dan satu korban lainnya menjalani serangkaian proses hukum, termasuk pemeriksaan visum dan psikologis sebanyak tiga kali di Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya.
Tak lama setelah kejadian, pihak Pemerintah Kota Surabaya dari dinas terkait perlindungan perempuan dan anak juga turun tangan untuk memeriksa kondisi para korban dan memberikan pendampingan.
“Tentunya kami berharap agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi. Kami ingin anak-anak memiliki lingkungan yang sehat untuk tumbuh dan berkembang. Dibutuhkan peran dari semua pihak untuk mewujudkannya,” ujarnya penuh harap.
Kronologi Terungkapnya Kasus
Kasus ini bermula pada Kamis (18/9/2025) malam, saat korban pulang dari warung dekat rumahnya dalam keadaan menangis keras. Setelah didesak orang tuanya, ia mengaku telah diraba di bagian dada oleh pelaku.
“Anak saya memang selalu kami ajari untuk menjaga diri, jika disentuh di bagian tubuh yang sensitif harus segera bercerita kepada orang tuanya,” cerita sang ayah.
Mendengar pengakuan itu, ia langsung mencari pelaku. Keesokan paginya, saat pelaku kembali diinterogasi, ia sempat mencoba melarikan diri ke pasar hingga menarik perhatian warga. Polisi yang tiba di lokasi kemudian berhasil meringkusnya. Dari pengakuan pelaku, terungkap bahwa ada satu korban lain yang juga merupakan anak tetangga.***