MAKLUMAT — Pakar pendidikan asal Jawa Timur, Dr Muhammad Sholihin Fanani MPSDM, menyampaikan empat langkah konkret untuk mencegah perundungan alias bullying di institusi pendidikan.
Hal tersebut dirasa penting sebagai langkah untuk mewujudkan ekosistem lingkungan yang ramah anak, termasuk menyoroti insiden ledakan yang terjadi di SMAN 72 Jakarta baru-baru ini, yang diduga berakar dari adanya perundungan.
Abah Shol, panggilan akrabnya, menilai bahwa masalah perundungan harus menjadi perhatian serius bagi semua pihak, baik pemerintah, lembaga pendidikan atau sekolah, masyarakat, maupun para orang tua.
Ia menegaskan, perundungan merugikan semua pihak, terutama para peserta didik dan keluarganya. Sebab itu, pria yang pernah menjabat Kepala SD Muhammadiyah 4 (Mudipat) Pucang, Kota Surabaya itu mengingatkan bahwa perlindungan terhadap anak tidak bisa ditawar.
Anak, kata dia, adalah investasi dan aset masa depan bangsa. “Kita harus melihat bahwa anak adalah investasi dan aset masa depan bangsa yang harus dijaga,” kata Sholihin kepada Maklumat.id, Senin (10/11/2025).
Empat Langkah Konkret Cegah Perundungan
Sholihin menjelaskan empat langkah konret untuk mencegah perundungan dan menciptakan ekosistem lingkungan yang ramah anak.
Langkah pertama, kata dia, adalah dengan memperdalam nilai agama dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di sekolah. Nilai keagamaan disebut akan mengarahkan peserta didik untuk saling menasihati, menolong, menghormati, dan menghargai.
Ia menekankan bahwa tidak ada ruang bagi sikap saling mengolok-olok. Menurutnya, setiap manusia memiliki kedudukan yang sama di hadapan Tuhan.
Langkah kedua, lanjut pria yang juga menjabat Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim itu, adalah dengan memperkuat penguasaan ilmu pengetahuan. Anak perlu dilibatkan aktif dalam pembelajaran agar fokus pada kegiatan yang produktif dan bersifat membangun.
“Anak-anak harus dilatih menjadi ilmuwan misalnya. Melibatkan anak dalam pembelajaran ini penting. Membuat proyek atau produk pendidikan. Sehingga anak-anak akan fokus di dunia ilmu pengetahuan,” jelasnya.
Langkah ketiga berupa pembiasaan positif di lingkungan institusi pendidikan. Siswa harus didorong memiliki kepedulian sosial melalui kegiatan membantu teman, orang tua, hingga masyarakat sekitar seperti fakir miskin.
Mereka juga bisa dilatih menjadi tutor sebaya atau pembimbing kegiatan keagamaan. Pemberian peran yang tepat pada anak akan memicunya menjadi orang bermanfaat, bahkan akan aktif mencegah segala aktivitas perundungan yang terjadi di sekitarnya.
Terakhir, langkah keempat adalah menciptakan lingkungan yang baik bagi tumbuh kembang peserta didik. Di jenjang sekolah menengah misalnya, organisasi siswa dan kegiatan keagamaan sangat penting untuk membentuk karakter.
“Keempat, membentuk lingkungan yang baik. Anak-anak perlu dilatih untuk berorganisasi, di OSIS, organisasi keislaman, dsb. Dengan lingkungan yang baik maka akan menjadi generasi yang baik,” pungkas Sholihin.