Tanggapan Amien Rais soal Penetapan Gelar Pahlawan untuk Gus Dur dan Soeharto

Tanggapan Amien Rais soal Penetapan Gelar Pahlawan untuk Gus Dur dan Soeharto

MAKLUMAT — Mantan Ketua MPR RI, Prof. Amien Rais, menanggapi keputusan pemerintah yang menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada dua tokoh besar, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Soeharto. Ia menyebut Gus Dur sebagai sosok yang sangat layak karena perannya yang besar bagi negara.

Menurut Amien, gelar Pahlawan Nasional diberikan kepada mereka yang memiliki jasa besar bagi bangsa, meski setiap manusia tetap memiliki kekurangan. Ia menjelaskan, seseorang yang mendapat gelar pahlawan bukan berarti harus tanpa cela. Sebab ukuran utama adalah ketika kebaikan seseorang jauh melampaui kesalahannya.

“Jadi begini, orang yang mendapatkan anugerah Pahlawan Nasional itu orang yang baik. Nah, orang baik bukan berarti enggak punya kesalahan. Selama kebaikannya mengungguli kesalahannya, maka dia pantas jadi Pahlawan Nasional,” ujarnya ketika ditemui wartawan Maklumat.id di Sleman, Rabu (12/11/2025).

Amien kemudian menyinggung Soeharto sebagai sosok yang turut membawa perubahan besar dalam sejarah bangsa. Ia menilai bahwa kepemimpinan Soeharto selama puluhan tahun memang penuh kontroversi, tetapi harus dilihat secara utuh. Menurutnya, tanggung jawab atas lamanya kekuasaan Soeharto tidak bisa dibebankan pada satu orang semata.

Ia mengingatkan bahwa bahkan MPR pada saat itu pernah mengukuhkan Soeharto sebagai presiden seumur hidup, sesuatu yang kini ia anggap sebagai bentuk keanehan politik pada masa itu. Meskipun demikian, Amien melihat bangsa Indonesia sudah mulai belajar dari masa lalu dan semakin sadar akan pentingnya pembatasan kekuasaan.

Baca Juga  27 Tahun Lengsernya Soeharto, Akhir Orba di Tengah Krisis Ekonomi, Politik, dan Demonstrasi 1998

Amien mengakui bahwa masa kepemimpinan Soeharto yang mencapai 32 tahun memang terlalu panjang. Namun, ia juga menyoroti sejumlah keberhasilan yang patut diingat, seperti keberhasilan Indonesia mencapai swasembada pangan. Pada masa itu, kata Amien, Indonesia bahkan bisa mengekspor beras dan membangun banyak pabrik pupuk untuk mendukung sektor pertanian.

“Jadi saya kira Pak Soeharto enggak ada masalah. Meski jadi presiden selama 32 tahun, memang itu kelewatan. Tetapi bahwa beliau pernah membawa swasembada pangan. Kita tidak pernah impor beras, bahkan ekspor beras. Dibandingkan sekarang ini kan luar biasa,” jelas sosok yang juga dikenal sebagai tokoh sentral gerakan reformasi 1998 itu.

Lebih lanjut, Amien menilai bangsa Indonesia seharusnya tidak menilai tokoh secara hitam putih. Ia menekankan pentingnya sikap proporsional dan relatif dalam menilai sejarah maupun sosok pemimpin. Tidak ada pemimpin yang sepenuhnya sempurna, dan bangsa ini perlu memahami bahwa setiap tokoh memiliki jasa sekaligus kekurangan.

“Jadi saya kira di sini, saya terpaksa harus mengatakan, sebaiknya bangsa ini mengambil semacam relativisme. Jangan absolut-absolutan. Kalau enggak ada pemimpin yang sempurna, ya enggak usah jadi pemimpin. Jangan begitu,” ujarnya.

“Jadi konklusinya adalah Amien Rais tidak keberatan, karena semua orang punya kesalahan, tapi juga jangan dilupakan jasanya,” pungkas pria yang juga pernah menjabat Ketua Umum PP Muhammadiyah itu.

Baca Juga  Ingin Berkontribusi di Pengelolaan Dana Haji? BPKH Buka Rekrutmen untuk 11 Formasi Asisten Manajer
*) Penulis: M Habib Muzaki / Ubay NA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *