MAKLUMAT— Rencana pemerintah untuk menyederhanakan nominal rupiah melalui kebijakan redenominasi kembali mengemuka. Namun, langkah ini bukan tanpa risiko. Sejarah mencatat, sejumlah negara justru gagal menstabilkan ekonominya setelah menerapkan redenominasi secara terburu-buru.
Ekonom dari Center of Economic Law Studies (Celios)Bhima Yudhistira mengingatkan bahwa redenominasi harus dijalankan dengan persiapan Panjang, dan kehati-hatian tinggi agar tidak memicu inflasi baru.
“Banyak negara mencoba redenominasi tapi justru berakhir dengan hiperinflasi, seperti Brasil, Ghana, dan Zimbabwe,” ujar Bhima, Rabu (13/11).
Bhima menilai kunci keberhasilan redenominasi ada pada stabilitas ekonomi dan sosialisasi publik yang menyeluruh. “Persiapan tidak bisa dilakukan dalam dua atau tiga tahun. Idealnya butuh delapan hingga sepuluh tahun agar sistem administrasi dan harga benar-benar siap,” jelasnya.
Selain waktu yang panjang, lanjut dia, pemerintah juga perlu memastikan keterlibatan pelaku usaha, terutama sektor ritel, agar tidak terjadi kebingungan dalam penyesuaian harga dan pembukuan.
Redenominasi bukan sekadar soal memangkas nol di mata uang, tetapi soal kepercayaan publik dan kesiapan ekonomi nasional. Jika dilakukan tergesa-gesa, kebijakan ini bisa berubah menjadi bumerang seperti yang terjadi di banyak negara.
Berikut Deretan Negara yang Gagal Redenominasi:
1. Zimbabwe
Negara ini empat kali mengganti mata uangnya antara 2006 hingga 2009. Pemerintah sempat menghapus 12 nol dari uang lama akibat inflasi ekstrem yang mencapai 79,6 miliar persen per bulan. Akhirnya, penggunaan dolar AS dan rand Afrika Selatan dilegalkan untuk menghentikan krisis.
2. Brasil
Dalam kurun 25 tahun, Brasil sudah enam kali memangkas nol dari mata uangnya. Namun seluruh upaya itu gagal karena pemerintah tidak mampu mengendalikan inflasi dan menjaga kepercayaan publik terhadap mata uangnya.
3. Venezuela
Negara ini dua kali melakukan redenominasi (2018 dan 2021) dengan menghapus total 11 nol dari mata uang bolivar. Hasilnya tetap nihil. Inflasi terus melonjak, dan nilai uang Venezuela jatuh hingga satu dolar baru setara dengan satu triliun dolar lama.
4. Ghana
Ghana melaksanakan redenominasi pada 2007. Namun, setelah itu mata uang cedi terus melemah terhadap dolar Amerika. Krisis ekonomi dan guncangan eksternal memperparah kondisi hingga beberapa tahun terakhir.
5. Rusia (Uni Soviet)
Pada 1998, Rusia menghapus tiga nol dari rubel. Kebijakan itu tidak menyelesaikan masalah, justru memperburuk situasi ekonomi dengan inflasi mencapai 120 persen setahun kemudian.
6. Nigeria
Nigeria melakukan redenominasi pada 1984, tetapi kebijakan tersebut malah memicu kerusuhan dan protes besar-besaran. Alih-alih menstabilkan perekonomian, langkah itu memperparah krisis utang dan menurunkan kepercayaan publik terhadap pemerintah.