Muhammadiyah Menuju Estafet Kepemimpinan

Muhammadiyah Menuju Estafet Kepemimpinan

MAKLUMAT — Rampungnya Konsolidasi Nasional Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Bandung (UMB) pada Senin (17/11/2025) adalah penanda penting, bertepatan dengan Milad ke-113 Persyarikatan.

Agenda ini, di bawah komando Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si., bukan sekadar ritual keorganisasian tahunan, melainkan penegasan serius atas kesiapan Muhammadiyah menghadapi sisa dua tahun krusial periode 2022–2027.

Apresiasi patut dialamatkan atas kesungguhan kepemimpinan saat ini. Namun, esensi paling krusial dari konsolidasi tersebut adalah penekanan tegas Haedar Nashir terhadap efisiensi dan penetapan prioritas.

Kita memahami, Muhammadiyah memanggul beban amanah yang masif: delapan program utama, 24 program per bidang, dan enam program umum. Volume program yang luar biasa ini berpotensi besar menyeret organisasi ke dalam jebakan “hanya mengejar setoran” tanpa kedalaman substansi dan dampak nyata.

Haedar dengan lugas mengingatkan, spirit gerakan adalah ikhlas dan kesukarelaan yang didukung oleh tekad kuat, menempatkan implementasi amanah Muktamar sebagai ranah dakwah, tajdid, dan jihad.

Pesan ini wajib diartikulasikan oleh seluruh jajaran: menghindari pemborosan waktu akibat pemborosan program dan memfokuskan energi pada eksekusi program yang benar-benar berdaya ungkit tinggi. Dua tahun ke depan harus menjadi momentum eliminasi inefisiensi dan penguatan internal akut, sebagaimana diisyaratkan Haedar agar ritme persiapan Muktamar tidak ”boros” menjelang tahun 2026.

Ujian Berat Suksesi di Muktamar ke-49

Dimensi paling strategis dari momentum konsolidasi dan Milad ke-113 yang diperingati pada Selasa, 18 November 2025, ini adalah implikasi suksesi kepemimpinan. Secara faktual, periode 2022–2027 adalah mandat kedua dan final bagi Ketum PP Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir, sesuai dengan AD/ART yang membatasi maksimal dua periode.

Baca Juga  Guyonan Haedar 'Suni' dan Abdul Mu'ti 'Sufi' di Malam Ramah Tamah Milad Muhammadiyah

Konsekuensi langsungnya, Muktamar ke-49 yang akan dihelat di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) adalah arena utama untuk regenerasi. Ini adalah keniscayaan suksesi di PP Muhammadiyah.

Figur pengganti akan mewarisi modal besar: penguatan kepercayaan publik yang ditandai dengan meluasnya kolaborasi Muhammadiyah dengan berbagai entitas. Kepercayaan ini adalah amanah politik dan sosial yang harus dioptimalkan.

Dalam konteks ini, Organisasi Otonom (Ortom) dituntut memegang peran sentral, memunculkan dinamika kaderisasi yang progresif dan profesional.

Muhammadiyah kini bergerak di antara kepastian keberlanjutan program dan keniscayaan pergantian pemimpin. Dengan waktu yang terbatas, fokus kepemimpinan harus bergeser: tidak hanya mengejar target program, tetapi juga menyiapkan kader inti yang sanggup melanjutkan estafet dengan integritas, profesionalisme, dan visi yang tak tertandingi.

Peringatan keras Haedar agar ritme persiapan Muktamar diatur agar tidak “boros” menjelang 2026 harus dibaca sebagai desakan final untuk internal check-up akut. Ini adalah momentum untuk membenahi celah, mengeliminasi inefisiensi birokrasi, dan menjamin tradisi kepemimpinan Muhammadiyah yang inklusif, rasional, dan progresif tidak tergerus dinamika politik internal.

Inti dari Konsolidasi Nasional di UMB adalah seruan maklumat untuk kembali ke substansi: Ikhlas fundamental, tekad yang teruji, dan fokus yang tidak terdistraksi. Inilah prasyarat mutlak untuk menyambut estafet kepemimpinan di UMSU nanti, memastikan Muhammadiyah tetap relevan dan progresif di panggung kebangsaan.

Baca Juga  Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir Bakal Terima Penghargaan Bintang Legiun Veteran RI Besok

Selamat Milad ke-113 Muhammadiyah. Saatnya berbenah, saatnya regenerasi!.***

*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *