MAKLUMAT – Sheikh Hasina Wazed (78 ) adalah sosok sentral yang mendominasi politik Bangladesh selama lebih dari dua dekade. Setelah berkuasa selama 15 tahun tanpa batas—periode kekuasaan terlama di negara tersebut—ia kini menghadapi putusan hukuman mati atas kejahatan terhadap kemanusiaan.
Divonis in absentia oleh Pengadilan Kejahatan Internasional 1 (ICT) atas perannya dalam penumpasan berdarah terhadap Gerakan Juli 2024, kisah Hasina seperti dilansir Al Jazeera adalah cerminan dari tragedi politik dan siklus kekuasaan yang kejam di Bangladesh. Sheikh Hasina adalah putri dari Sheikh Mujibur Rahman, yang dikenal sebagai “Bapak Bangsa” dan pendiri Bangladesh.
-
Awal Mula: Setelah Bangladesh memisahkan diri dari Pakistan pada tahun 1971, Rahman menjadi presiden.
-
Tragedi 1975: Pada tahun 1975, Rahman dibunuh dalam kudeta militer. Peristiwa tragis ini menandai dimulainya periode panjang pemerintahan militer dan semi-militer, dan membentuk trauma politik Hasina.
Jalan Menuju Kekuasaan
Hasina tampil di panggung politik sebagai pemimpin oposisi yang gigih.
-
Aksi Pro-Demokrasi: Ia memimpin pemberontakan pro-demokrasi yang berhasil menggulingkan penguasa militer Hussain Muhammad Ershad pada tahun 1990.
-
Partai Liga Awami: Hasina adalah pemimpin Liga Awami, partai kiri-tengah yang didirikan pada tahun 1949, yang berakar pada nasionalisme Bengali dan sekularisme, dan mendapat dukungan kuat dari veteran Perang 1971.
-
Masa Jabatan: Hasina pertama kali menjabat sebagai Perdana Menteri pada tahun 1996. Setelah sempat kalah dari Khaleda Zia dari Partai Nasionalis Bangladesh pada tahun 2001, ia kembali berkuasa pada tahun 2009 dan menjabat tanpa henti hingga Agustus 2024—didukung oleh fakta bahwa Bangladesh tidak memiliki batasan masa jabatan konstitusional untuk Perdana Menteri.
Kejatuhan: Penumpasan Protes Mahasiswa 2024
Pemerintahan panjang Hasina berakhir mendadak pada Agustus 2024, dipicu oleh protes mahasiswa yang meletus pada 1 Juli 2024.
-
Pemicu Protes: Demonstrasi massal, yang sebagian besar dipimpin oleh mahasiswa dan kaum muda, dipicu oleh keputusan Pengadilan Tinggi yang mengembalikan kebijakan kuota yang mencadangkan sepertiga posisi pegawai negeri sipil untuk keturunan pejuang Perang 1971.
-
Eskalasi dan Kekerasan: Protes meningkat tajam. Pemerintahannya merespons dengan keras pada 19 Juli 2024, memberlakukan pemadaman telekomunikasi dan mengerahkan tentara. Menurut perkiraan PBB, bentrokan antara mahasiswa tak bersenjata, polisi, dan sayap mahasiswa Liga Awami (Liga Chhatra Bangladesh) menewaskan sekitar 1.400 orang.
-
Bukti Kunci: Pengadilan kemudian mendengarkan bukti kuat, termasuk rekaman rahasia yang ditemukan oleh Al Jazeera, yang menunjukkan Hasina “mengeluarkan perintah terbuka” untuk “menggunakan senjata mematikan” dan menembak mahasiswa “di mana pun mereka menemukannya.”
Kekerasan ini memaksa Hasina lengser pada Agustus 2024 dan melarikan diri ke pengasingan di India.
Signifikansi Hukuman Mati
Putusan hukuman mati oleh ICT—sebuah pengadilan yang ironisnya ia dirikan sendiri pada tahun 2010—dipandang sebagai momen kunci dalam transisi Bangladesh.
-
Keadilan Transisional: Bagi banyak pihak, ini adalah “momen keadilan transisional besar pertama di era pasca-Hasina,” yang menjadi preseden bagi akuntabilitas para pemimpin yang berkuasa.
-
Peradilan yang Otonom: Putusan ini dilihat sebagai penanda apakah peradilan Bangladesh dapat membangun otonomi setelah bertahun-tahun dituduh dipolitisasi di bawah kekuasaan Liga Awami.
-
Harapan Kaum Muda: Profesor Hasan Mahmud dari Northwestern University menyatakan putusan ini memiliki implikasi simbolis yang mendalam bagi kaum muda. Mereka memandangnya sebagai langkah dalam perjuangan yang lebih luas untuk mengakhiri siklus represi, korupsi, dan politik dinasti.
Saat ini, Bangladesh dipimpin oleh pemerintahan sementara di bawah Muhammad Yunus. Sementara Liga Awami telah dicabut pendaftarannya dan dilarang beraktivitas politik. Proses banding atas putusan hukuman mati Hasina akan menentukan nasibnya—dan mungkin, masa depan politik Bangladesh.