Praktik Pembelajaran Sarat Makna Ala Direktur Guru PAUD, Bikin Murid TK Lillah Happy!

Praktik Pembelajaran Sarat Makna Ala Direktur Guru PAUD, Bikin Murid TK Lillah Happy!

MAKLUMAT – Pagi riang menyambut kedatangan sosok penting di TK Lillah, Pekanbaru, Riau, Jumat (21/11). Dia adalah Suparto, Direktur Guru Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Nonformal (PAUD PNF), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen). Tapi, Suparto tidak datang untuk sekadar berpidato atau rapat. Ia memilih langsung mengajar di depan para murid TK. Praktik sederhana, tapi sarat makna!

Sejak kakinya melangkah masuk, Direktur Suparto langsung mengambil peran sebagai guru. Ia memulai pembelajaran dengan cara yang sangat mendasar: mengajak anak-anak berdoa. Tujuannya jelas, menciptakan suasana tenang dan nyaman. Momen kecil ini menjadi penekanan bahwa pendidikan usia dini harus membangun kebiasaan baik sejak awal, bukan melulu soal materi.

Setelah doa, Suparto memecah kebekuan dengan ice breaking singkat. Lantas, ia melanjutkan dengan membacakan buku cerita bergambar seri 7 KAIH (Kebiasaan Anak Indonesia Hebat) berjudul “Selamat Pagi Dina!”. Kisahnya tentang anak yang terlambat sekolah. Cerita ini menggandeng nilai-nilai kedisiplinan dan tanggung jawab. Di sela-sela kisah, ia mengajak seluruh murid bernyanyi lagu “Lihat Kebunku”. Seketika, ruang kelas dipenuhi suara riang anak-anak.

Apresiasi juga ia berikan. Suparto membawa hadiah-hadiah kecil sebagai bentuk penghargaan atas keberanian, keceriaan, dan partisipasi aktif murid-murid. Anak-anak menyambutnya dengan gembira, menciptakan momen tak terlupakan bagi mereka.

Birokrat Tak Boleh Hanya Duduk di Belakang Meja!

Usai sesi mengajar, Suparto menjelaskan bahwa kunjungannya bertujuan melihat implementasi kebijakan 7 KAIH di lapangan, mulai dari PAUD hingga jenjang menengah. Menurutnya, praktik riil menentukan keberhasilan kebijakan.

Baca Juga  Aisyiyah Aceh Tanam Serentak, Dukung Ketahanan Pangan Nasional

“Kami berkunjung ke TK Lillah untuk mengamati kegiatan guru dan siswa dalam konteks pembelajaran yang mindful, meaningful, dan joyful. Konsep pembelajaran di PAUD fokus pada pengenalan diri, pengenalan sesama, dan kepedulian sosial,” tegasnya di Pekanbaru.

Suparto mengaku puas karena menyaksikan langsung penerapan 7 KAIH dan berinteraksi dengan anak-anak. Saat menjajal peran guru, ia mengukur pemahaman anak tentang numerasi, melihat cara mereka mengenal diri, dan mengamati interaksi sosial mereka.

“Penanaman karakter terbaik terjadi melalui kebiasaan-kebiasaan yang menyenangkan. PAUD memainkan aspek yang sangat krusial saat anak-anak tumbuh kembang di usia emas 0–5 tahun,” tambahnya.

Ia juga mengungkapkan kekaguman pada TK Lillah. “Sekolah ini mampu mengondisikan anak-anak tumbuh kembang berdasarkan potensi mereka. Suasana keagamaan juga ditanamkan dengan sangat baik. Anak-anak melaksanakan kegiatan di masjid untuk membiasakan diri salat dhuha,” puji Suparto.

Kepala Sekolah Terkesan: Pak Direktur Bisa ‘Nge-blend’

Kepala Sekolah TK Lillah, Sri Gusmayanti, terang-terangan menyampaikan kesan luar biasa atas interaksi Suparto dengan anak-anak. “Alhamdulillah, tadi Pak Direktur mengajar itu bagi anak-anak sangat seru. Pak Direktur mampu membangun kedekatan dengan murid-murid,” ujar Sri terkesan.

Sri menjelaskan, anak-anak biasanya membutuhkan waktu lama untuk dekat dengan guru baru. “Biasanya, kalau anak-anak tidak ada kedekatan, kadang-kadang mereka menolak menjawab atau enggan mengikuti. Tapi tadi Pak Direktur sukses membawa anak-anak ikut ke dalam cerita dia,” katanya.

Baca Juga  Pelantikan Pimpinan DPRD Jatim 2024-2029, Musyafak Rouf Resmi Jabat Ketua

“(Pak Direktur) Bercerita, meminta anak menyebutkan nama mereka masing-masing sambil menuliskan umurnya. Anak-anak terlibat sangat aktif. Ia layaknya seperti guru TK, mampu membawa anak-anak ke dalam interaksi,” ungkap Sri antusias.

Kegiatan “Direktur Mengajar” ini menjadi bagian dari Bulan Guru Nasional (BGN) 2025. Suparto menilai kehadiran pemerintah di tengah masyarakat sangat penting, sebab pejabat tetaplah bagian dari rakyat. Apalagi birokrat yang mengurus guru, seharusnya berperan sebagai pendidik yang memberikan keteladanan dan dekat dengan orang-orang yang dipimpinnya.

“Kegiatan ini sangat positif. Seorang direktur jangan menjadi birokrat yang hanya duduk di belakang meja. Kita harus turun langsung melihat praktik pembelajaran secara riil, secara empiris, secara implementatif,” kata Direktur PAUD PNF ini.

Sebagai regulator, Suparto menekankan pentingnya mendengar aspirasi dari guru-guru. Ia merasakan energi luar biasa ketika turun ke lapangan dan menyaksikan semangat guru dan murid menerapkan kebijakan pemerintah.

“Ketika saya berinteraksi dengan anak-anak, saya melihat calon-calon pemimpin generasi Indonesia. Indonesia emas di 2045 akan diperkuat oleh anak-anak yang kita siapkan dengan fondasi karakter yang baik sejak usia dini,” tutupnya optimis.***

*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *