Komisi XII DPR RI FPKS Ajak Semua Pihak Lakukan “Taubat Ekologis” Usai Banjir Sumatera

Komisi XII DPR RI FPKS Ajak Semua Pihak Lakukan “Taubat Ekologis” Usai Banjir Sumatera

MAKLUMATAnggota Komisi XII DPR RI dari Fraksi PKS, Meitri Citra Wardani menegaskan rangkaian bencana di sejumlah wilayah di Sumatera merupakan sinyal kuat bahwa Indonesia sedang menghadapi krisis ekologis, yang tidak bisa lagi dipandang sebagai kejadian alam semata.

“ Bencana di Sumatera harus menjadi momentum bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah, pelaku industri, korporasi, hingga masyarakat untuk menjalankan “taubat ekologis”. Ini komitmen moral untuk menghentikan praktik perusakan lingkungan,” ujar Meitri di Jakarta, Senin (1/12).

Meitri mengatakan diperlukan perubahan besar dalam cara negara, maupun masyarakat memperlakukan lingkungan. Pemerintah perlu mengambil langkah nyata untuk membantu para korban dan memulihkan wilayah terdampak.

“Banjir bandang tidak berdiri sendiri. Kerusakan hutan, alih fungsi lahan, dan tata ruang yang mengabaikan keselamatan rakyat membuat risiko bencana semakin besar. Taubat ekologis berarti mengubah cara berpikir dan cara kita mengelola alam,” tandasnya.

Meitri menjelaskan curah hujan ekstrem memang berada di luar kendali manusia, tetapi degradasi lingkungan terjadi akibat kebijakan dan perilaku yang tidak bertanggung jawab.

Ia meminta pemerintah harus meninjau ulang izin pemanfaatan ruang di daerah rawan bencana, melakukan audit lingkungan terhadap industri, pertambangan, dan perkebunan, serta memperkuat penegakan hukum untuk pelaku perusakan alam.

Selain itu, Meotri menyoroti urgensi pemulihan Daerah Aliran Sungai (DAS) melalui reforestasi, rehabilitasi lahan, serta penguatan sistem peringatan dini dan kesiapsiagaan masyarakat. Langkah sederhana seperti menjaga kebersihan sungai, mengurangi sampah, dan menghentikan kebiasaan merusak lingkungan merupakan tanggung jawab moral setiap warga.

Baca Juga  Soal Transisi Energi, Anggota DPR: Investasi Jangka Panjang dan Butuh Kepastian Regulasi

“Setiap hutan yang ditebang tanpa reboisasi, setiap sungai yang dicemari, dan setiap sampah yang dibuang sembarangan adalah bom waktu. Taubat ekologis mengajak kita kembali pada prinsip keseimbangan alam. Lingkungan bukan komoditas, tetapi amanah,” kata Meitri.***

*) Penulis: R Giordano

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *