MAKLUMAT — Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengirimkan surat resmi kepada Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar sebagai langkah awal islah menyusul ultimatum Musyawarah Kubro Alim Ulama dan Sesepuh NU. Namun jika islah tidak tercapai, maka sesuai ultimatum Musyawarah Kubro, Mustasyar akan mengambil alih kendali PBNU.
Gus Yahya menegaskan langkah tersebut merupakan bentuk kepatuhan terhadap keputusan Musyawarah Kubro yang digelar di Pesantren Lirboyo, Kediri, Ahad (21/12/2025). Forum itu memberi tenggat waktu 3×24 jam kepada Rais Aam dan Ketua Umum PBNU untuk melakukan rekonsiliasi.
“Saya sudah mengirimkan surat resmi kepada Rais Aam untuk memohon waktu bertemu dalam rangka mengupayakan islah,” kata Gus Yahya usai menghadiri peluncuran program Jaminan Sosial untuk Guru Ngaji dan Pekerja Informal di Jakarta, Selasa (23/12/2025).
Gus Yahya menyatakan dirinya menerima sepenuhnya desakan para kiai dan sesepuh NU agar konflik internal PBNU segera diselesaikan melalui jalan musyawarah dan rekonsiliasi.
Saat ini, ia masih menunggu respons dari KH Miftachul Akhyar terkait kesediaan untuk bertemu. “Saya sedang menunggu jawaban dari beliau,” ujarnya.
Musyawarah Kubro juga menegaskan, apabila islah tidak tercapai hingga batas waktu tersebut, maka kewenangan penyelenggaraan Muktamar NU 2026 diminta untuk diserahkan kepada Mustasyar PBNU dalam waktu 1×24 jam setelah tenggat berakhir.
Forum itu dihadiri jajaran Mustasyar PBNU, pengurus wilayah, serta pengurus cabang NU dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka sepakat mendorong penyelesaian konflik secara bermartabat demi menjaga keutuhan dan wibawa Nahdlatul Ulama. Jika islah tak tercapai akankah Mustasyar benar-benar mengambil alih kendali PBNU?