MAKLUMAT — Di tengah arus globalisasi dan kemudahan akses informasi, tantangan terbesar Bangsa Indonesia bukan lagi sekadar perbedaan fisik, melainkan bagaimana kita mengelola perbedaan pemikiran. Dalam konteks ini, Islam moderat (wasathiyah) hadir bukan sebagai ajaran baru, melainkan sebagai kompas yang mengembalikan umat pada esensi agama yang ramah dan inklusif.
Menjunjung tinggi toleransi dalam pandangan Islam moderat bukanlah tentang mengompromikan akidah, melainkan tentang bagaimana kita memanusiakan manusia dalam ruang publik yang majemuk.
Makna Wasathiyah: Jalan Tengah yang Kokoh
Islam moderat berpijak pada prinsip wasathiyah, yang secara bahasa berarti “berada di tengah”. Namun, menjadi moderat tidak berarti menjadi lemah atau tidak punya pendirian. Sebaliknya, ia adalah posisi yang kuat untuk menyeimbangkan dua kutub ekstrem: tekstualisme kaku (yang cenderung intoleran) dan liberalisme berlebih (yang kehilangan jati diri agama).
Dalam pandangan moderat, toleransi (tasamuh) memiliki fondasi yang kuat:
- Pengakuan atas pluralitas: Islam memandang keberagaman sebagai kehendak Tuhan (sunnatullah). Menolak perbedaan sama saja dengan menentang ketetapan-Nya.
- Keadilan untuk semua: menghargai hak orang lain tanpa melihat latar belakang agama atau suku adalah bentuk implementasi dari keadilan sosial.
- Dialog dan persaudaraan: menekankan pada ukhuwah insaniyah (persaudaraan sesama manusia) di samping ukhuwah islamiyah.
Tantangan Toleransi di Era Digital
Saat ini, wajah toleransi seringkali terkoyak oleh narasi kebencian di media sosial. Islam moderat berperan sebagai filter untuk menjaga agar umat tidak terjebak dalam sikap menghakimi (takfiri). Toleransi bukan berarti kita membenarkan semua keyakinan, tetapi kita menghargai hak orang lain untuk meyakini apa yang mereka yakini.
Sikap moderat menuntut kita untuk:
- Tabayyun (klarifikasi): tidak mudah terprovokasi oleh berita yang memecah belah.
- Berakhlak karimah: mengedepankan kesantunan dalam berargumen, bahkan ketika kita tidak setuju.
Menjadikan Toleransi sebagai Gaya Hidup
Toleransi dalam Islam moderat adalah bentuk nyata dari misi rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi semesta alam). Ia adalah jembatan yang menghubungkan berbagai perbedaan menjadi sebuah kekuatan kolektif. Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai moderasi, kita tidak hanya menjaga kedamaian bangsa, tetapi juga menunjukkan wajah Islam yang sejuk, damai, dan penuh kasih.
Menjaga toleransi adalah tugas berkelanjutan. Ia dimulai dari meja makan keluarga, meluas ke lingkungan tetangga, hingga merambah ke jagat maya. Sebab, keberagaman adalah anugerah, dan bagaimana kita merawatnya.