Wakil Rektor UMM Sampaikan Tiga Poin Refleksi dalam Agenda Evaluasi MPM PWM Jatim

Wakil Rektor UMM Sampaikan Tiga Poin Refleksi dalam Agenda Evaluasi MPM PWM Jatim

MAKLUMATWakil Rektor IV Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Muhamad Salis Yuniardi mengajak Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim untuk terus merefleksikan kerja-kerja pemberdayaan yang selama ini telah dijalankan. Ia pun menyampaikan tiga poin penting dalam agenda evaluasi MPM PWM Jatim yang berlangsung di Kantor PWM Jatim, Sabtu (27/12/2025).

Evaluasi ini tidak hanya melibatkan jajaran MPM PWM Jatim, tetapi juga wadah pengorganisasian di bawah majelis ini, yakni Jamaah Tani Muhammadiyah (JATAM) dan Buruh Migran. Seluruh perwakilan MPM, JATAM, dan Buruh Migran se-Jatim hadir dan mengikuti agenda evaluasi sebagai ruang bersama untuk membaca ulang capaian, kendala, serta arah gerak ke depan.

Salis membuka refleksinya dengan menyoroti pentingnya cara pandang berkelanjutan dan berorientasi jangka panjang dalam kerja-kerja pemberdayaan masyarakat. Ia menilai, banyak program berhenti pada capaian sesaat tanpa desain yang matang untuk menjaga keberlanjutan dampak di tingkat akar rumput.

“Berkelanjutan itu berarti kita tidak berhenti pada hasil cepat. Kita perlu memikirkan bagaimana program tetap hidup dan memberi manfaat dalam jangka panjang. Jadi kalau misal geraknya terkesan lama tapi sudah terencana,” katanya.

Menurut Salis, pola pikir jangka panjang menuntut organisasi untuk lebih disiplin dalam perencanaan hingga evaluasi. Ia menekankan bahwa keberlanjutan bukan sekadar melanjutkan kegiatan sebaga seremoni. Berkelanjutan artinya memastikan nilai dan tujuan pemberdayaan benar-benar tertanam di masyarakat yang didampingi.

Baca Juga  Kebumen Jadi Sorotan Nasional! Muhammadiyah Gelar Jamnas I JATAM dengan Ribuan Peserta

Refleksi kedua yang disampaikan Salis berkaitan dengan motivasi untuk terus berprestasi. Ia mengingatkan agar kader dan pengelola program tidak terjebak dalam rasa cukup yang berlebihan. Dalam paparannya, ia mengutip hasil riset tentang dua tipe pedagang, yakni mereka yang cenderung bertahan di zona nyaman dan mereka yang terus mencari cara untuk berkembang.

“Kita sering keliru memaknai rasa syukur. Bersyukur dan tawadhu itu penting, tetapi jangan sampai berubah menjadi sikap pasrah yang mematikan semangat untuk maju,” ujarnya.

Ia menambahkan, motivasi untuk berprestasi perlu dipahami sebagai dorongan untuk memperbaiki kualitas diri dan kerja organisasi, bukan semata-mata mengejar capaian personal. Menurut dia, tanpa dorongan untuk berkembang, program pemberdayaan akan sulit beradaptasi dengan perubahan situasi sosial dan ekonomi masyarakat.

Pada refleksi ketiga, Salis menekankan pentingnya sinergi, terutama di internal organisasi. Ia menilai, pembahasan tentang sinergi selama ini kerap diarahkan ke kerja sama dengan pihak eksternal, sementara tantangan terbesar justru terletak pada kemampuan organisasi membangun kerja bersama di dalam.

Dalam internal Muhammadiyah, Salis menilai terdapat banyak elemen yang dapat dikerjasamakan untuk memperkuat agenda pemberdayaan ke depan. Ia menegaskan bahwa UMM siap mengambil peran sebagai mitra pemberdayaan bagi berbagai persoalan yang dihadapi Muhammadiyah di daerah. Salis menyebut UMM terbuka bagi siapa pun di lingkungan Muhammadiyah yang ingin bersama-sama membahas dan merumuskan program pemberdayaan yang dapat dikerjakan secara kolaboratif.

Baca Juga  Bendera One Piece di Hari Kemerdekaan: Ekspresi Anak Muda atau Simbol Perlawanan?

“Selama ini kalau bicara sinergi, fokusnya sering ke luar. Itu penting, tetapi yang jauh lebih penting adalah bagaimana di dalam organisasi bisa saling terhubung dan bekerja bersama. Semakin besar organisasi, tantangan sinergi internal akan semakin nyata,” katanya.​​

*) Penulis: M Habib Muzaki

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *