MAKLUMAT — Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Komisariat Asy-Syifa merupakan salah satu organisasi eksternal yang dapat menembus lingkaran kampus Universitas Strada Indonesia, Kota Kediri, Jatim. Pada masanya, komisariat ini diakui keberadaannya dan disegani sesama organisasi mahasiswa.
Komisariat ini sudah berdiri sejak tahun 2017. Pada saat itu, kampus masih bernama Stikes Surya Mitra Husada, sebelum berubah menjadi Institut Ilmu Kesehatan (IIK) Strada Indonesia pada Juli 2019. Lima tahun setelahnya, namanya berubah menjadi Universitas Strada Indonesia.
Kini, IMM Asy-Syifa juga lebih dikenal sebagai IMM Strada. Kendati telah berdiri delapan tahun silam, namun komisariat ini juga sempat mengalami vakum. Ketika mulai berkuliah di Universitas Strada Indonesia pada 2023, awalnya saya tidak tahu jika ada IMM di kampus ini.
Awal Mula Mengenal IMM
Suatu hari, saya diajak teman satu asrama mengikuti agenda camp yang diadakan oleh IMM dari kampus UIN Syekh Wasil Kediri, yang dulunya masih IAIN. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari satu malam di Lembah Gunung Kelud. Pada waktu itu saya masih semester satu dan bukan berasal dari satu kampus yang sama.
Setelah kegiatan itu, saya mencari informasi tentang organisasi IMM di kampus sendiri. Apakah ada? Atau ada tapi hanya namanya saja tanpa nyawa? Jangan-jangan tidak ada sama sekali. Setelah beberapa hari mencari informasi ke sana kemari, saya mulai tahu bahwa sebenarnya IMM ada di kampus ini, tapi hanya namanya saja yang ada.
Melihat kondisi mengenaskan seperti itu, saya mulai menginisiasi bagaimana ikatan ini hidup kembali. Pada awal perjuangan, saya mencari beberapa teman seangkatan. Satu per satu saya ajak untuk bergabung di IMM. Tentu saja, tidak mudah. Beberapa teman mengatakan bahwa mereka NU, masih maba, hingga ingin hanya fokus kuliah.

Akhirnya, setelah berjuang dan berikhtiar, saya mendapatkan 12 teman yang benar-benar ingin ber-IMM untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan. Mungkin ada juga karena tuntutan. Sebab hampir 99% dari mereka adalah mahasiswa KIP yang dituntut untuk ikut organisasi. Tapi ini merupakan peluang yang lumayan, bukankah begitu kawan?
Pembentukan hingga Kebangkitan Kembali
Proses untuk membangkitkan IMM Strada dari kondisi vakum, dimulai dengan menghubungi Ketua Umum PC IMM Kediri Raya, mengurus surat-surat perizinan pembentukan, hingga rapat berhari-hari. Sampai akhirnya, pada tanggal 8 Desember 2024 diadakanlah Musyawarah Komisariat atau Musykom.
Kala itu, Musykom IMM Strada kami adakan tanpa tahu bagaimana alur kegiatannya, konsepnya, atau isi kegiatannya. Yang saya pikirkan saat itu adalah bagaimana IMM mampu hidup kembali dan terbentuk struktur organisasinya.
Momen Musykom kala itu banyak berisikan refleksi. Banyak cerita bahwa IMM dulu pernah eksis dan pernah berkuasa di tingkat Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS), dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Sampai rektor pun angkat tangan dengan gerakan IMM ini, karena IMM pernah melakukan demonstrasi keras terhadap kebijakan kampus.
Pada akhirnya, di ujung acara itu saya dipilih menjadi ketua umum. Pada masa jabatan ini, saya mulai berpikir bagaimana caranya agar IMM ini menjadi organisasi yang sangat dikagumi dan disegani seperti dulu. Tentu dengan integritas dan intelektualitas tinggi yang mampu bersaing dengan organisasi lain.
Setelah itu, saya berdiskusi dengan Ketua Umum PC IMM Kediri Raya mengenai apa yang harus dilakukan selanjutnya. Ia mengarahkan untuk mengikuti Darul Arqam Dasar (DAD) yang diselenggarakan oleh PC IMM Kediri Raya pada tanggal 27-29 Januari 2025. DAD sendiri adalah program pengkaderan tingkat pertama dan wajib bagi mahasiswa baru IMM yang berfungsi sebagai pintu masuk untuk menjadi anggota.
DAD dan Setelahnya
Akhirnya, saya mengikuti kegiatan itu bersama teman-teman seperjuangan. Dari dua belas orang awal, yang bisa ikut hanya tujuh orang. Kegiatan berlangsung selama tiga hari dua malam dengan persiapan yang sangat mendadak. Dari situ, saya didorong untuk berpikir, berlogika, debat, dan banyak lagi.
Meski demikian, dari DAD itu saya memilih meninggalkannya karena ada kegiatan mantai. Akhirnya pada penutupan, saya kembali ke forum DAD yang ternyata sudah selesai. Pada penutupan, saya dinyatakan tidak lulus dan harus mengikuti DAD lagi, begitu kata instruktur yang menyebalkan. Iya maklum, saya masih polos kala itu.
Kemudian pada bulan April, saya mengikuti DAD lagi yang diselenggarakan oleh IMM Komisariat At-Tazkiyah UIN Syekh Wasil Kediri. Dari situ, saya benar-benar mengikuti DAD sampai selesai, tidak kabur lagi. Setelah lulus, saya mendapatkan Rencana Tindak Lanjut (RTL) dengan membuat agenda di komisariat. Dari situ, saya mulai belajar bagaimana membuat agenda. Mulai dari penguatan kader, bakti sosial, diskusi, bedah buku, kajian isu-isu sosial, hingga akhirnya mendapatkan berbagai pengalaman.
Sebuah Refleksi
Pengalaman adalah proses belajar yang harus dilakukan dengan usaha dan perjuangan tanpa berhenti. Dari pengalaman itu, saya mendapatkan pengetahuan. Dari pengetahuan, saya mendapatkan ilmu. Dan ilmu adalah cahaya.
Tanpa belajar, kita akan berada dalam kegelapan yang membatasi peradaban. Karena itu, saya bertekad untuk menjadi pribadi yang haus akan ilmu, haus akan relasi, tidak takut bertanya, dan menjadi pelopor perubahan dalam peradaban ikatan ini.
Menjelang akhir masa periode kepemimpinan pertama sejak berdirinya, tak banyak kader IMM Strada yang mampu bertahan. Dari awalnya dua belas, tinggal tujuh orang, dan sekarang hanya tersisa tiga yang bisa dikatakan memiliki komitmen di IMM ini. Sangat mengenaskan ya di IMM ini? Yang awalnya mati dan tak ada nyawanya, kini mampu bangkit kembali menghidupkan peradaban, walaupun akhirnya tinggal tiga nyawa yang masih hidup sehat sampai sekarang.
Namun itu lah namanya perjuangan. Sebuah perjuangan yang tiada habisnya. Dalam perjuangan itu, saya menemukan bahwa IMM bukan sekadar organisasi, tapi ia adalah tempat kita berpulang. Ia adalah rumah, tempat berpikir, berkembang, berdiskusi, berdialog. Semua kegiatan itu, sejatinya adalah ruh dari segala rumah.