WAKIL Gubernur Jawa Timur periode 2019-2024 Emil Elestianto Dardak menjelaskan soal semangat gotong royong dalam memajukan Bangsa Indonesia pada peringatan Milad ke-96 Nasyiatul Aisyiyah (NA).
Kegiatan Pimpinan Wilayah (PW) NA Jawa Timur itu diselenggarakan di Sport Center Lamongan, Sabtu (6/7/2024). Milad ke-96 NA kali ini mengusung tema ‘Gotong Royong Mewujudkan Kemanusiaan Semesta’.
Mulanya, Emil berterimakasih atas peran aktif NA sebagai mitra Pemerintah Provinsi Jawa Timur di bawah kepemimpinan Khofifah Indar Parawansa dan dirinya selama periode 2019-2024.
“Nasyiatul Aisyiyah telah menjadi mitra yang luar biasa bagi Bu Khofifah dan saya selama lima tahun kami bertugas (sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur) di Jawa Timur,” bukanya saat menyampaikan sambutan.
Mantan Bupati Trenggalek itu lantas mengapresiasi Bupati Lamongan Yuhronur Efendi yang bersedia memfasilitasi peringatan Milad ke-96 NA di Kabupaten Lamongan. Terlebih, NA adalah bagian dari Muhammadiyah yang kontribusinya bagi Bangsa Indonesia sudah sangat dirasakan oleh masyarakat.
“Saya yakin bahwa peran organisasi adalah sebagai pelopor, sebagai teladan. Itulah sebabnya Pak Yes (panggilan akrab Yuhronur) sangat mendukung organisasi kepemudaan, dan Nasyiatul Aisyiyah adalah bagian dari gerakan sebuah Muhammadiyah, yang memang sudah sangat dirasakan sumbangsihnya,” katanya.
“Dalam gerakan pendidikan, di dalam gerakan kesehatan, gerakan sosial, bahkan juga amal usaha untuk pemberdayaan ekonomi umat, ini semuanya sudah terasah. Dan di sanalah kader-kader Nasyiatul Aisyiyah berada di garda terdepan untuk bisa memperjuangkan nilai-nilai yang mulia tadi dengan semangat gotong-royong,” sambung Emil.
Lebih lanjut, Emil menjelaskan pentingnya semangat gotong-royong yang bisa dicontoh dari bagaimana Muhammadiyah membesarkan dan mengembangkan organisasi serta segala amal usahanya.
“Kalau tanpa semangat gotong-royong, (biasanya) semuanya pakai hitung-hitungan bisnis. Kalau pakai hitung-hitungan bisnis maka semua pakai hitung-hitungan pribadi. Kalau pakai hitung-hitungan pribadi maka tidak ada cita-cita yang besar yang akan bisa dicapai. Tidak akan berdiri sekolah-sekolah Muhammadiyah kalau hitungannya hanya bisnis, tidak akan berdiri rumah sakit Muhammadiyah kalau hitungannya hanya hitungan bisnis murni,” sebutnya.
Kendati begitu, lanjut Emil, karena hitungannya adalah untuk memberdayakan umat melalui amal usaha, untuk mencerdaskan bangsa, untuk menyehatkan bangsa, maka gotong-royong tersebut bisa membawa hasil yang luar biasa.
Suami dari artis Arumi Bachsin itu lantas mengungkapkan, anggaran pemerintah hanya menyumbang sekitar 5 persen dari roda perekonomian di Jawa Timur, sedangkan 60 persen digerakkan oleh konsumsi rumah tangga dan 28 persen adalah investasi.
“Di dalam investasi itu juga ada berdirinya bangunan-bangunan, berdirinya lembaga-lembaga pendidikan, berdirinya lembaga kesehatan. Tapi ada satu investasi yang paling penting, yaitu investasi pada sumber daya manusia (SDM), itulah yang paling penting. Manusia yg sehat, manusia yang cerdas,” ungkap Emil.
Sebab itu, menurut Emil, pembangunan infrastruktur fisik sangat penting. Namun, patut diingat dan diperhatikan pula bahwa faktor SDM juga harus dibangun dengan serius.
“Bangsa kita tidak hanya dibangun dengan beton dan baja, tapi dengan pengabdian para kader-kader kesehatan yang mengabdi di desa, pengabdian para guru-guru yang mengabdi di pelosok-pelosok gunung dan pesisir-pesisir pantai. Mereka harus kita sejahterakan, mereka harus kita berikan perhatian dan komitmen kita bersama,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu pula, Emil memaparkan soal BPOPP (Biaya Penunjang Operasional Penyelenggaraan Pendidikan) yang digalakkan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam rangka membangun pendidikan yang terjangkau dan berkualitas.
Melalui program itu, Emil menyebut, bantuan operasional pendidikan diberikan bukan hanya kepada sekolah-sekolah negeri atau milik pemerintah. Tapi juga menyasar kepada sekolah-sekolah swasta yang secara jumlah lebih banyak. Termasuk sekolah-sekolah milik Muhammadiyah.
“Untuk SMA Negeri (memang) betul SPP-nya diberikan keringanan, bahkan dinolkan. Tapi ingat, bahwa lebih banyak lagi anak-anak kita di Jawa Timur yang bersekolah di sekolah swasta, termasuk di lembaga pendidikan Muhammadiyah. Itulah sebabnya program ’tistas’, gratis berkualitas bukan hanya menyasar sekolah negeri, tetapi BPOPP, bantuan penyelenggaraan operasional pendidikan ini juga diberikan kepada sekolah, SMA dan SMK swasta se-Jawa Timur,” terangnya.
Menurut Emil, hal itu adalah sebagai bentuk apresiasi terhadap lembaga-lembaga pendidikan swasta, yang telah membantu meringankan tanggungjawab pemerintah untuk mencerdaskan bangsa.
“Karena pemerintah (kan sudah) nggak (ikut) membangun gedung, gajinya saja (juga) tidak diambil dari APBD, maka itu harus diapresiasi,” katanya.
“Maka lembaga pendidikan swasta, rumah sakit swasta, adalah bentuk gotong-royong yang luar biasa untuk kita memenuhi tantangan dan tuntutan masa depan bagi bangsa kita. Dan di sanalah Muhammadiyah dan Nasyiatul Aisyiyah telah memainkan peran yang luar biasa,” imbuh Emil.
Reporter: Ubay NA