SERANGAN udara Israel pada Minggu (18/8) menewaskan 21 orang, termasuk enam anak-anak, di Deir al-Balah, Gaza. Insiden ini terjadi hampir bersamaan dengan kedatangan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, di Tel Aviv.
Kunjungan Blinken bertujuan untuk memberi tekanan diplomatik guna mencapai kesepakatan gencatan senjata di tengah konflik Israel-Hamas yang semakin memanas.
Pejabat kesehatan setempat melaporkan bahwa serangan tersebut menghantam sebuah rumah di Deir al-Balah. Hingga kini seperti dilaporkan CBC, pihak militer Israel belum memberikan pernyataan resmi mengenai serangan ini.
Israel mengklaim bahwa serangan udara menargetkan peluncur roket yang digunakan Khan Younis, sebuah kota di selatan Gaza yang telah mengalami pertempuran sengit dalam beberapa pekan terakhir. Selain itu, militer Israel melaporkan telah menewaskan 20 pejuang Palestina dalam serangan tersebut.
Upaya diplomatik untuk mengakhiri konflik antara Israel dan Hamas terus meningkat. Pembicaraan mediasi ini difasilitasi oleh Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar. Rencananya, pembicaraan akan dilanjutkan di Kairo pada minggu ini setelah berlangsung di Doha selama dua hari.
Antony Blinken, yang mengunjungi Israel untuk kesepuluh kalinya sejak perang dimulai, dijadwalkan tiba di Tel Aviv pada hari Minggu. Amerika Serikat telah mengajukan proposal yang diyakini dapat mendekatkan kesepakatan antara pihak-pihak yang bertikai.
Ada kekhawatiran akan eskalasi regional jika gencatan senjata tidak segera tercapai. Iran sebelumnya mengancam akan membalas Israel setelah pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran pada 31 Juli lalu.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan bahwa negosiasi terkait pengembalian sandera yang ditahan di Gaza terus berlangsung. Namun, Netanyahu juga menekankan pentingnya prinsip-prinsip keamanan yang harus dijaga.
“Ada hal-hal yang bisa kita fasilitasi, dan ada hal-hal yang tidak bisa kita fasilitasi, dan kita bersikeras pada hal-hal tersebut,” ujar Netanyahu dalam pertemuan kabinet pada Minggu (18/8).
Di Rumah Sakit Al-Aqsa, Deir al-Balah, suasana duka menyelimuti keluarga yang kehilangan ibu dan enam anaknya, termasuk anak bungsu berusia 18 bulan. Kakek mereka, Mohammed Khattab, menyatakan kesedihannya saat ditemui di pemakaman.
Israel membantah menargetkan warga sipil dan menuduh Hamas beroperasi dari fasilitas sipil seperti sekolah dan rumah sakit, meskipun Hamas menolak tuduhan tersebut. Setelah sepuluh bulan perang, warga Gaza masih berjuang mencari tempat aman, terutama di Deir al-Balah dan Al-Mawasi, yang digambarkan sebagai ‘panci tekanan’.
“Warga lelah dengan pengungsian. Kami terpaksa bertahan di daerah sempit yang kini seperti panci presto,” ujar Tamer Al-Burai, warga Deir al-Balah, melalui aplikasi chat. Burai juga menambahkan bahwa tank-tank Israel hanya berjarak 1,5 kilometer dari tempat tinggalnya.
Pada Jumat (16/8), militer Israel memerintahkan evakuasi di kawasan Khan Younis utara dan Deir Al-Balah timur. Ratusan ribu warga yang mengungsi akibat pertempuran kini berlindung dalam kondisi semakin buruk.
Pemerintah kota Deir al-Balah, yang populasinya mencapai satu juta jiwa, menyatakan bahwa perintah evakuasi hanya memperburuk situasi karena warga harus berdesakan di area yang lebih kecil.
Krisis air juga menjadi ancaman serius karena beberapa sumur dan tanker air kini berada di wilayah yang diperintahkan untuk dievakuasi.
Sementara itu, Blinken diperkirakan akan bertemu dengan Perdana Menteri Netanyahu dan pejabat senior lainnya di Israel. Dalam pernyataan yang dirilis pada Sabtu (17/8), kantor Netanyahu mengungkapkan “optimisme hati-hati” bahwa kesepakatan gencatan senjata dapat dicapai, meskipun masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.
Krisis ini dimulai dengan serangan pejuang Hamas ke Israel pada 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyebabkan sekitar 250 orang menjadi sandera.
Kampanye militer Israel kemudian menewaskan lebih dari 40.000 warga Palestina, mayoritas warga sipil, dan menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza. Israel juga mengklaim telah menewaskan 17.000 pejuang Hamas.