19.6 C
Malang
Jumat, September 20, 2024
KilasSebut Pilgub Jatim Bakal Ketat, Pengamat: Ajang Pembuktian PKB dan PDIP

Sebut Pilgub Jatim Bakal Ketat, Pengamat: Ajang Pembuktian PKB dan PDIP

MAKLUMAT — Pengamat politik dan peneliti The Republic Institute, Sufyanto menilai pertarungan 3 pasangan calon (paslon) dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) Jawa Timur 2024 bakal berlangsung ketat.

Untuk diketahui, 3 paslon yang bakal bertarung di Pilgub Jatim 2024 adalah petahana Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak yang diusung hingga 15 parpol, Tri Rismaharini (Risma) dan Zahrul Azhar Asumta (Gus Hans) yang diusung PDIP dan Hanura, serta Luluk Nur Hamidah dan Lukmanul Khakim yang diusung PKB.

Menurut Sufyanto, Pilgub Jatim 2024 ini akan menjadi ajang pembuktian bagi PKB dan PDIP, yang sejak Pilgub 2008 hingga Pilgub 2018 gagal menang. Meskipun kedua parpol tersebut adalah juara di Pileg Provinsi.

“Jadi yang menarik adalah sejak Pilgub 2008 itu sampai terakhir 2018 lalu, PAN dan Demokrat itu selalu berada di pihak pemenang. Kemudian dua parpol dengan pemilih terbesar di Jatim, yang selalu menang Pileg, yaitu PKB dan PDIP ternyata belum pernah memenangkan Pilgub Jatim. Ini bisa jadi ajang pembuktian mereka,” ujar Sufyanto kepada Maklumat.ID, Selasa (3/9/2024).

Lebih lanjut, Sufyanto menyebut dalam sejumlah survei terakhir memang duet Khofifah-Emil masih menjadi yang teratas. Namun, bukan berarti hal itu akan mudah bagi Khofifah-Emil. Sebab banyak faktor lain yang harus diperhatikan, terutama terkait manajemen elektoral.

“Ya Khofifah-Emil kan didukung 15 parpol, yang 8 di antaranya parpol pemilik kursi DPRD Jatim. Itu manajemen timnya, manajemen elektoralnya tentu harus bagus untuk bisa mengkoordinasikan kekuatan dukungan parpol sebesar itu. Kalau tidak bagus justru akan menjadi beban ke depan dan malah merugikan,” katanya.

Sufyanto menilai, besarnya dukungan parpol kepada Khofifah-Emil menjadi keuntungan tersendiri bahwa setiap parpol memiliki basis suara masing-masing. Namun, suara parpol sering kali tidak linier atau tidak berbanding lurus dengan suara calon kepala daerah.

“Belum tentu suara parpol sebanyak itu akan bisa dikonversi seluruhnya menjadi suara Khofifah-Emil. Apalagi tagline yang didengungkan adalah keberlanjutan, itu tagline yang sangat umum bagi hampir semua petahana seperti itu. Sebaliknya masyarakat tentu akan bisa menilai dan mengevaluasi Khofifah-Emil di kepemimpinan periode sebelumnya,” tandasnya.

Pesaing Sebanding

Di sisi lain, Sufyanto menilai munculnya duet Risma-Gus Hans dan Luluk-Lukman sebagai pesaing yang sebanding, bahkan sangat kuat untuk bisa melawan Khofifah-Emil. Dengan komposisi yang sama, yakni cagub perempuan, cawagub laki-laki, beririsan pada kalangan santri dan Nahdliyin, tentu akan membuat pertarungan menjadi semakin menarik.

“Bu Risma itu kan figur teknokrat yang sangat populer di beberapa daerah, apalagi ketika dulu memimpin jadi Wali Kota Surabaya, itu akan menarik. Apalagi Risma-Gus Hans ini mengusung tagline resik-resik, yang sangat lekat dan identik dengan beliau selama memimpin menjadi Walikota Surabaya dulu. Dan sepertinya juga menyiratkan banyak permasalahan di Jawa Timur. Terutama belakangan ini kan sedang disorot soal sejumlah pemeriksaan dan penggeledahan berkaitan dengan dugaan korupsi,” sebutnya.

“Sedangkan Bu Luluk kan PKB, dari kalangan santri, pengalaman di DPR juga, pasangan dengan Lukmanul Khakim juga dari kalangan santri. Dalam pidatonya setelah pendaftaran kemarin juga terlihat menyinggung beberapa hal permasalahan di era kepemimpinan Khofifah-Emil yang belum mampu dituntaskan,” sambung Sufyanto.

“Nah, tinggal masyarakat bagaimana? Apakah memilih untuk melanjutkan, memilih buat resik-resik, atau mau satunya lagi yang luman? Itu yang akan menentukan,” lanjutnya.

Selain itu, Sufyanto menilai pertarungan akan berlangsung sangat rigid dengan melibatkan ceruk-ceruk pemilih yang sangat detail dan mesin partai yang sangat kompleks.

“Sangat kompleks. Misalnya secara pendekatan sosiologis, kultur mataraman itu banyak sub kulturnya, itu seperti apa pendekatannya, kultur arek juga berbeda-beda antara Surabaya, Malang, mungkin Gresik, Lamongan, itu berbeda-beda. Tergantung bagaimana mesin partainya dan pendekatan yang dilakukan,” terangnya.

“Sekali lagi ini mungkin bergantung bagaimana manajemen elektoral yang dilakukan masing-masing paslon. Khofifah-Emil yang didukung koalisi yang gemuk belum tentu akan linier suaranya, Risma-Gus Hans yang diusung PDIP dan Hanura, lalu Luluk-Lukman yang diusung PKB itu kan bukan lawan mudah semua, baik secara figur tokohnya maupun mesin-mesin parpol di belakangnya,” pungkas Sufyanto.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Lihat Juga Tag :

Populer