21.8 C
Malang
Sabtu, November 2, 2024
KilasAbdul Mu’ti Ajak MDMC dan Mitra Belajar Mitigasi Bencana dari Kisah Nabi...

Abdul Mu’ti Ajak MDMC dan Mitra Belajar Mitigasi Bencana dari Kisah Nabi Yusuf dan Nabi Nuh

Sekum PP Muhammadiyah Prof KH Abdul Mu'ti
Sekum PP Muhammadiyah Prof KH Abdul Mu’ti

SEKRETARIS Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof KH Abdul Mu’ti mengatakan strategi menghadapi tantangan geologis dan iklim di Indonesia telah dijelaskan melalui kisah Nabi Yusuf dan Nabi Nuh.

Maka dari itu, kisah dua Nabi tersebut harus jadi teladan bagi MDMC dalam membangun strategi mitigasi bencana yang relevan dengan ancaman bencana di Indonesia saat ini.

“Islam telah memberikan pelajaran soal mitigasi bencana dalam kisah Nabi Nuh dan Nabi Yusuf,” katanya dalam acara pertemuan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) PP Muhammadiyah bersama mitra kerjanya.

Kegiatan MDMC dengan tema “Merajut Silaturahmi Menjalin Ukhuwah dalam Resiliensi Bencana Berkemajuan” ini terselenggara di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Menteng, Jakarta, Senin (1/4/2024) kemarin.

Mu’ti lalu menuturkan, ketika Nabi Yusuf ditanya mengenai makna mimpi tentang 7 ekor sapi gemuk dimakan oleh sapi kurus dan makanan pokok mengering sehingga tidak dapat di konsumsi.

Bagi dia, kisah Nabi Yusuf menafsirkan mimpi itu adalah pelajaran soal mitigasi bencana. Di mana harus menyediakan makanan yang cukup sebagai langkah antisipasi terhadap bencana yang akan terjadi.

“Harus ada sistem manajemen logistic (makanan) yang dipersiapkan sebagai pelajaran mitigasi bencana,” jelas pria asal Kudus, Jawa Tengah itu.

Disisi lain, kata Mu’ti, melalui kisah Nabi Nuh tentang pembuatan kapal dapat menjadi hikmah tersendiri bahwa untuk menghadapi bencana banyak sekali aspek yang harus disiapkan.

“Nabi Nuh membuat kapal padahal saat itu tidak ada hujan dan badai, bahkan anaknya tidak mau ikut. Dan kenyataannya bencana terjadi, Nabi Nuh dan pengikutnya dapat selamat dari bencana tersebut,” tuturnya.

“Ini adalah landasan penting bagi Islam dalam resiliensi bencana, selama ini saat terjadi bencana kita seringkali tergopoh-gopoh saat bencana terjadi karena ketidakmampuan mengantisipasi bencana” imbuhnya.

Abdul Mu’ti meyakini bahwa solusi menghadapi maraknya kejadian bencana di Indonesia dapat ditemukan dan dipelajari melalui ilmu pengetahuan. Namun, yang perlu dipertanyakan adalah bagaimana kesiapan dan keseriusan masyarakat untuk menghadapi ancaman bencana melalui persiapan yang lebih matang.

“Dengan ilmu bisa jelaskan alasan terjadinya gempa dan dengan ilmu bisa mencegah dampak kerusakan yang buruk. Itu karena sudah mengantisipasinya dengan sebuah konstruksi dan kebijakan,” paparnya.

Dalam hal ini, Abdul Mu’ti menganggap pemenuhan infrastruktur yang memadai dan tahan terhadap bencana tidak hanya mampu mengurangi dampak kerusakan. Namun, juga akan mengubah perspektif terhadap bencana.

Selain itu, resiliensi bisa di bangun dengan mitigasi dan persiapan. Sehingga kisah mengenai bencana bukan lagi mengenai perawatan terhadap fasilitas pasca terjadinya bencana yang reaktif dan sporadis.

“Orang harus tahu apa yang dilakukan serta infrastruktur yang memadai sehingga saat terjadi bencana bukan lagi peristiwa yang terlihat sangat merana” tegasnya.

Mu’ti berharap bersama seluruh mitra MDMC yang hadir saat itu, mental resiliensi berkemajuan dapat dibangun. Baik melalui advokasi kebijakan, sarana dan infrastruktur terstandarisasi aman bencana.

“Perlu edukasi publik dan penggalangan dana (ready to use) sehingga mampu mendorong terwujudnya collective movement sebagai wujud kerja kepada masyarakat kepada masyarakat,” tandasnya.(*)

Reporter: Budi Santoso

Editor: Aan Hariyanto 

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Lihat Juga Tag :

Populer