MAKLUMAT – Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof. Abdul Mu’ti, menilai Pilkada Serentak yang akan dilaksanakan pada 27 November 2024 ini, sebagai eksperimen politik penting dalam upaya memperbaiki kualitas demokrasi di Indonesia.
Menurutnya, Pilkada Serentak adalah langkah pertama di Indonesia untuk mengefisiensikan proses Pemilihan Umum (Pemilu). Meskipun demikian, ia mengakui ada berbagai tantangan, seperti isu kotak kosong, proxy, dan pertarungan head-to-head antara pasangan calon (paslon) akibat kurangnya kandidat alternatif.
“Proses politik ini harus kita maknai sebagai bagian dari dinamika yang berkembang di tanah air. Mudah-mudahan eksperimen ini dapat memberikan dampak positif bagi demokrasi Indonesia dan menghasilkan pemimpin yang ideal serta mampu memajukan daerah,” ujar Mu’ti dalam acara Gerakan Subuh Mengaji ‘Aisyiyah Jawa Barat yang diselenggarakan secara daring pada Sabtu (15/8/2024).
Sebelumnya, Pemilu serentak untuk Presiden, DPR, dan DPD telah dilaksanakan. Namun, beberapa anggota DPR menilai bahwa pelaksanaan Pemilu serentak tersebut perlu evaluasi mendalam karena tidak mencapai efisiensi yang diharapkan. Abdul Mu’ti juga berharap bahwa Pilkada Serentak ini dapat mengurangi praktik politik uang (money politic), meskipun kenyataannya seringkali tidak sesuai dengan harapan.
“Ada pandangan bahwa Pemilu malah semakin rumit, dengan banyak perhatian yang lebih tertuju pada pemilihan Presiden dibandingkan dengan pemilihan legislatif, sehingga pemilihan legislatif hanya dianggap sebagai pelengkap,” ungkapnya.
Abdul Mu’ti menekankan pentingnya agar Pilkada Serentak dan Pemilu lainnya dapat berlangsung secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil (Luber Jurdil). “Pihak-pihak yang berperan dalam memastikan Pemilu berjalan sesuai prinsip Luber Jurdil patut mendapat apresiasi,” pungkasnya.
Sumber: muhammadiyah.or.id
