Ada Gelombang Rossby Ekuator Melintas, Apa Efeknya Terhadap Cuaca?

Ada Gelombang Rossby Ekuator Melintas, Apa Efeknya Terhadap Cuaca?

MAKLUMAT – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda, Sidoarjo, mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem di Jawa Timur (Jatim), 20 hingga 29 November 2025. Peningkatan signifikan ini dipicu oleh masuknya fenomena Gelombang Rossby Ekuator  yang melintasi garis khatulistiwa.

Kepala Stamet Juanda, Taufiq Hermawan, dalam keterangannya di Sidoarjo, Rabu (19/11/2025), menjelaskan bahwa Gelombang Atmosfer Equatorial Rossby diprakirakan akan mulai aktif melintasi wilayah Jatim pada 23 November 2025 dan menjadi salah satu faktor utama penyebab cuaca buruk.

Apa Itu Gelombang Atmosfer Equatorial Rossby?

Gelombang Rossby Ekuator adalah salah satu jenis gelombang ekuator yang bergerak lambat dari timur ke barat di sepanjang garis khatulistiwa. Secara sederhana, ketika gelombang ini melintas, ia membawa massa udara yang sangat lembap dan basah di lapisan atmosfer tengah dan atas. Efeknya terhadap cuaca:

  • Peningkatan Pembentukan Awan: Gelombang Rossby menciptakan kondisi dinamis di atmosfer yang memicu pengangkatan udara. Hal ini sangat efektif dalam memicu pembentukan awan-awan tebal dan tinggi, terutama awan Cumulonimbus (Cb), yang menjadi sumber hujan lebat dan ekstrem.

  • Peluang Hujan Lebih Intensif: Kedatangan gelombang ini berarti wilayah yang dilewatinya akan mengalami periode hujan yang lebih intensif dan berlangsung lebih lama.

Gelombang Rossby Dikombinasikan dengan Faktor Lokal

Dampak Gelombang Rossby diperkuat oleh kondisi atmosfer lain, yang membuat ancaman bencana hidrometeorologi menjadi tinggi:

  1. Pola Pertemuan Angin (Konvergensi): Adanya zona pertemuan angin di atas Jatim. Ini adalah “pintu gerbang” bagi udara untuk dipaksa naik, dan dikombinasikan dengan kelembapan tinggi dari Rossby, hasilnya adalah awan hujan yang sangat kuat.

  2. Kondisi Atmosfer Lokal: Atmosfer lokal yang labil dan lembap dari lapisan bawah hingga atas terus mendukung pertumbuhan awan konvektif penghasil hujan lebat dan angin kencang.

Baca Juga  Mendiktisaintek: PTNBH Harus Jadi Lokomotif Inovasi Sains dan Teknologi

Ancaman Bencana dan Wilayah Prioritas

Kombinasi faktor-faktor ini dapat mengakibatkan serangkaian bencana hidrometeorologi, meliputi hujan sedang hingga lebat, banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, puting beliung, hingga hujan es. Saat ini, hampir seluruh wilayah Jatim telah memasuki musim hujan, sehingga dampak yang ditimbulkan diprakirakan signifikan. Wilayah yang diimbau untuk sangat waspada terhadap potensi cuaca ekstrem ini mencakup:

38 Kabupaten/Kota di Jatim, termasuk Bangkalan, Banyuwangi, Batu, Blitar (Kab. dan Kota), Bojonegoro, Bondowoso, Gresik, Jember, Jombang, Kediri (Kab. dan Kota), Lamongan, Lumajang, Madiun, Magetan, Malang (Kab. dan Kota), Mojokerto (Kab. dan Kota), Nganjuk, Ngawi, Pacitan, Pamekasan, Pasuruan, Ponorogo, Probolinggo (Kab. dan Kota), Sampang, Sidoarjo, Situbondo, Sumenep, Surabaya, Trenggalek, Tuban, serta Tulungagung.

Imbauan Kewaspadaan

BMKG Juanda menghimbau masyarakat dan instansi terkait untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap perubahan cuaca mendadak. “Wilayah dengan topografi curam/bergunung/tebing diharapkan lebih waspada terhadap dampak yang dapat ditimbulkan akibat cuaca ekstrem seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, jalan licin, pohon tumbang serta berkurangnya jarak pandang,” tegas BMKG.

Masyarakat disarankan untuk terus memantau informasi cuaca terkini yang selalu diperbarui, termasuk citra radar cuaca WOFI (https://stamet-juanda.bmkg.go.id/radar/), dan informasi peringatan dini 3 harian dan 2-3 jam ke depan melalui laman resmi https://stamet-juanda.bmkg.go.id dan media sosial @infobmkgjuanda.

*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *