MAKLUMAT – Suara Hening Parlan terdengar tegas saat memimpin diskusi daring HATIPENA edisi ke-172, Kamis (4/9). “Merusak bumi sama artinya merusak ciptaan Tuhan,” ujar Wakil Ketua Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah itu.
Perkumpulan Penulis Indonesia – Satupena mengangkat tema “Agama: Musuh atau Sahabat Lingkungan.” Hening menegaskan bahwa krisis iklim bukan sekadar soal ekologis, tetapi juga soal moral dan spiritual. Ia mengingatkan, Al-Qur’an sudah mencatat kerusakan bumi sebagai akibat ulah sebagian manusia. “Agama hadir untuk menuntun kita menjaga keseimbangan ciptaan Tuhan,” katanya.
Agama Bisa Jadi Musuh atau Sahabat
Hening menilai agama bisa tampil dengan dua wajah. Agama berubah jadi musuh jika ajarannya disalahgunakan demi politik dan ekonomi. Sebaliknya, agama jadi sahabat ketika tafsirnya progresif dan berpihak pada keberlanjutan.
“Kuncinya ada di ekoteologi. Alam harus kita tempatkan sebagai bagian iman. Dengan itu, agama bisa memberi inspirasi spiritual, moral, sekaligus sosial untuk gerakan lingkungan,” ujarnya.
Hening menunjukkan sejumlah contoh nyata. Gereja Katolik punya Laudato Si, gereja Kristen membangun eco churches, Muhammadiyah meluncurkan Green al-Ma’un. Ia sendiri mendorong lahirnya Eco Bhinneka Muhammadiyah yang melibatkan berbagai iman.
“Masalah lingkungan tidak bisa selesai oleh satu agama. Di Sukabumi, penyumbang pertama program Sedekah Energi justru saudara kita umat Buddha. Panel surya itu dipasang untuk sekolah Muhammadiyah. Kalau kita saling dukung, hasilnya jauh lebih baik,” paparnya.
Empat Langkah Konkret
Hening merinci langkah yang bisa menjadikan agama benar-benar kawan lingkungan. Pertama, reinterpretasi teks agama agar khutbah dan pendidikan menonjolkan pesan pro-lingkungan. Kedua, memperkuat advokasi lingkungan di lembaga agama. Ketiga, memperluas kolaborasi lintas iman. Keempat, membangun eco-jihad atau jihad ekologi lintas agama.
“Eco-jihad itu perjuangan nyata. Menjaga bumi sama saja menjalankan ibadah,” tegas Direktur Program Eco Bhinneka Muhammadiyah tersebut.
Selain aktif di Muhammadiyah, Hening juga memimpin GreenFaith Indonesia. Organisasi lintas iman ini hadir sejak 2023. Fokusnya jelas: aksi nyata menghadapi perubahan iklim, pelatihan lintas agama, serta membangun perspektif iman dalam transisi energi.
“Agama yang hidup adalah agama yang memberi kehidupan, bukan merampasnya,” pungkas Hening.