Aksi Lintas Iman dan Difabel Suarakan Keadilan Iklim di Jakarta

Aksi Lintas Iman dan Difabel Suarakan Keadilan Iklim di Jakarta

MAKLUMAT – Puluhan anak muda dari berbagai agama dan kelompok disabilitas berjalan kaki menelusuri jantung Ibu Kota. Mereka mengikuti aksi Walk for Peace and Climate Justice, seruan damai untuk keadilan iklim yang inklusif dan berpihak pada semua.

Rombongan memulai langkah dari Gereja Katedral Jakarta, menyusuri Terowongan Silaturahim, berhenti sejenak di Masjid Istiqlal, dan menuntaskan perjalanan di Pura Adhitya Jaya Rawamangun. Aksi ini bukan sekadar jalan santai. Di balik langkah mereka, tersimpan pesan kuat: bumi adalah rumah bersama, dan krisis iklim butuh solidaritas lintas iman.

“Perubahan iklim tak memilih siapa yang terkena dampaknya. Difabel, perempuan, dan kaum muda juga terdampak. Karena itu, mereka harus menjadi bagian dari solusi,” tegas Hening Parlan, Direktur Eco Bhinneka Muhammadiyah sekaligus Koordinator GreenFaith Indonesia.

Aksi Simbolik di Terowongan Silaturahim

Salah satu momen paling menyentuh terjadi di Terowongan Silaturahim, penghubung dua tempat ibadah besar di Jakarta. Di lokasi itu, para peserta membacakan Deklarasi Kaum Muda Lintas Iman untuk Keadilan Iklim dan Gender.

Empat komitmen mereka gaungkan: mendorong transformasi ekologis yang inklusif, memperkuat kepemimpinan hijau yang setara gender, membangun solidaritas lintas iman, serta melindungi kelompok rentan, terutama difabel.

“Walk for Peace ini bukan seremoni. Ini langkah awal untuk membangun harapan baru. Inilah jubile — tahun pengharapan yang harus kita isi bersama,” ucap Hening.

Baca Juga  Rakerwil II LP-UMKM PWM Jatim, Dorong Implementasi Program Jihad Ekonomi

Tokoh Agama dan Disabilitas Kompak Bersatu

Para tokoh lintas agama menyambut hangat gerakan ini. Romo Macarius Maharsono Probho, SJ, menilai aksi ini sebagai perwujudan nilai Pancasila. “Gerakan lintas iman harus terus hidup agar kemanusiaan yang adil dan beradab tak hanya jadi slogan,” katanya.

Ketua Umum HIDIMU, Fajri Hidayatullah, menegaskan pentingnya pelibatan kaum disabilitas dalam isu lingkungan. “Difabel bukan warga kelas dua. Mereka punya hak untuk bicara dan terlibat langsung dalam solusi iklim,” tandasnya.

Langkah Hijau dari Rumah Ibadah

Gereja Katedral Jakarta menunjukkan komitmen nyata. Mereka menggunakan 30 persen energinya dari panel surya, menjadikannya katedral pertama di Indonesia yang memanfaatkan energi matahari. “Kami juga menyediakan akses ramah disabilitas. Iman harus membumi,” ujar Susiana Suwandi, Humas Katedral.

Tak mau kalah, Masjid Istiqlal pun telah menerapkan langkah hijau sejak 2021. Mereka memasang panel surya, mendaur ulang air wudhu, mengelola sampah, dan menggunakan material ramah lingkungan. “Masjid harus jadi ruang ibadah yang bersahabat dengan bumi,” kata Yusuf Fauzi dari Badan Pengelola Masjid Istiqlal.

Dari Pura Adhitya Jaya, Putu Maharta mengingatkan pentingnya menjaga persatuan. “Perbedaan adalah rahmat. Tapi persatuan adalah kekuatan. Nilai itu jadi fondasi utama NKRI,” ujarnya.

Dukungan Lintas Sektor

Dukungan juga datang dari lembaga internasional. Farah Sofa dari Ford Foundation menyebut aksi ini selaras dengan misi mereka. “Kami ingin dunia yang lebih adil secara sosial dan ekologis. Gerakan lintas iman ini menginspirasi,” ujarnya.

Baca Juga  Luncurkan Dua Aplikasi di Milad ke-24 MAS, Khofifah: Maksimalkan Layanan untuk Memakmurkan Masjid

Aksi damai ini turut mendapat dukungan dari UHAMKA, RSI Jakarta Cempaka Putih, serta tokoh-tokoh dari berbagai latar belakang.

Pesan mereka sederhana tapi kuat: iklim adalah urusan semua. Jika lintas iman bisa bersatu berjalan kaki demi bumi, maka semua orang bisa melangkah untuk perubahan yang lebih besar.***

*) Penulis: Rista Erfiana Giordano

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *