
MAKLUMAT – Turunnya Al-Quran membawa perubahan mendasar dalam tradisi literasi masyarakat Arab, dari budaya lisan menuju tradisi tulisan. Hal ini ditegaskan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed. dalam Peringatan Nuzulul Quran 1446 Hijriah yang digelar Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) pada Senin (17/3/2025) di Baitut Tholibin, Senayan, Jakarta.
“Turunnya Al-Quran yang ditandai oleh proses ketika Rasulullah menyampaikan Al-Quran itu kepada sahabat. Rasulullah setiap menerima wahyu Al-Quran menyampaikan kepada sahabat yang menyertai beliau dan menugaskan kepada para sahabat menuliskan ayat Al-Quran itu di berbagai media yang ada dan dengan simbol-simbol tulisan yang bisa mereka buat untuk membantu mereka menghafal sebaik-baiknya,” ungkapnya.
Dalam acara bertema ‘Al-Quran dan Pembentukan Karakter Unggul Bangsa‘ tersebut, turut hadir Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Prof. Brian Yuliarto sebagai salah satu pembicara.
Mu’ti menjelaskan bahwa setelah ayat-ayat Al-Quran dicatat dalam berbagai media, para sahabat kemudian mengajarkan kembali wahyu yang telah diterima kepada sahabat lainnya yang tidak mendengar langsung dari Rasulullah Saw.
“Proses ini kalau kita menggunakan pendekatan belajar itu disebut dengan peer teaching atau reciprocal teaching, di mana para sahabat mengajar bersama para sahabat atau saling timbal balik mengoreksi bacaan-bacaan yang didengar dari Rasulullah dan kemudian mereka menghafalnya,” jelasnya.
“Dan itu menjadi bagian awal dari proses yang kita sebut dengan proses tradisi-tradisi baru yang kemudian menjadi learning circle atau halaqatul ilmiah, yang di situ para sahabat mengajarkan Al-Quran pada sahabat lainnya,” sambung Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.
Lebih lanjut, Mu’ti menerangkan bahwa Rasulullah Saw juga memberikan penjelasan kepada para sahabat mengenai makna ayat yang disampaikan. Hal ini berkontribusi dalam perubahan mendasar dalam tradisi literasi masyarakat Arab yang sebelumnya sangat mengandalkan budaya lisan.
“Masyarakat Arab itu memiliki tradisi yang kuat dengan tradisi lisan. Mereka masyarakat yang pandai membuat puisi, membuat syair-syair, terutama yang berkaitan dengan glorifikasi atau kebanggaan terhadap suku-suku mereka, kabilah mereka,” terangnya.
Namun, dengan wahyu yang disampaikan Rasulullah kepada sahabat, tradisi ini mengalami pergeseran signifikan dari lisan menuju tulisan. Selain itu, tradisi membaca juga mulai berkembang, seiring dengan berkembangnya budaya menulis.
“Inilah yang menjadi bagian penting dari bagaimana kita membangun tradisi ilmu dengan membaca dan menulis,” pungkas pria yang juga mengemban amanah sebagai Sekretaris Umum PP Muhammadiyah itu.