MAKLUMAT — Cahaya pagi menyelinap lewat sela jendela ruang aula SMKN 2 Malang ketika ratusan pelajar sudah duduk rapi, menunggu narasumber naik ke panggung. Di barisan depan, Ketua TP PKK Jawa Timur Arumi Bachsin Emil Dardak melangkah menuju mimbar. Senyumnya mengembang, menyapa para siswa sembari menatap layar presentasi yang menampilkan tema besar: Pola Asuh Anak dan Remaja di Era Digital (PAAREDI).
Arumi menggunakan momen itu untuk menegaskan komitmennya memperluas edukasi pola asuh di tengah derasnya arus teknologi. Ia menyampaikan bahwa penguatan karakter, literasi digital, dan ketahanan keluarga harus berjalan seiring agar generasi muda tumbuh sehat di tengah gempuran perkembangan digital.
Ia membuka Sosialisasi PAAREDI melalui Program PKK Masuk Sekolah di SMKN 2 Malang, Selasa (2/12). Kegiatan tersebut menghadirkan guru, wali murid, pengurus TP PKK Kota Malang, pengurus TP PKK Provinsi, serta ratusan pelajar yang menjadi sasaran utama penguatan literasi digital.
Arumi mengingatkan bahwa teknologi berkembang sangat cepat. Kehadiran kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), dan konektivitas 5G memengaruhi pola pikir anak muda. Ia menekankan bahwa kemajuan digital memberi banyak kemudahan, tetapi risiko seperti penyalahgunaan data, paparan hoaks, hingga konten negatif terus mengintai.
“Anak-anak hari ini lahir sebagai digital native yang akrab dengan gawai dan internet. Sebaliknya, sebagian besar orang tua dan guru harus mengejar perkembangan teknologi sebagai digital migrant. Sinergi antarsemua pihak menjadi kunci agar teknologi memberi manfaat,” ujarnya.
Arumi memaparkan bahwa tantangan generasi muda cukup kompleks. Angka penggunaan internet nasional terus naik, tetapi literasi digital masih rendah. Selain itu, sekolah masih menghadapi isu intoleransi, perundungan, lemahnya pemahaman kebangsaan, hingga maraknya konten destruktif.
PKK melalui Program PAAREDI berupaya menjawab persoalan tersebut dengan memperkuat pola asuh keluarga. Program ini semakin solid berkat enam subprogram hasil Rakernas X PKK Tahun 2025, yakni KISAH, KRISAN, KILAS, KIAT, KISAK, dan PKBN. Semua subprogram itu bermuara pada upaya memperkuat keluarga sebagai unit pengasuhan utama.
Melalui PAAREDI, para siswa mendapatkan pembinaan tentang pola asuh positif, manajemen emosi, etika berinternet, literasi digital, perlindungan anak, hingga pencegahan kekerasan elektronik. Arumi menegaskan bahwa sosialisasi tidak berhenti pada siswa, tetapi juga menyasar guru dan orang tua agar pemahaman terbangun secara menyeluruh.
“PKK ingin hadir sebagai penjalin sinergi. Sekolah dan keluarga harus bergerak bersama agar generasi muda Jawa Timur tumbuh sebagai generasi cakap digital, berkarakter kuat, toleran, memahami nilai kebangsaan, dan mampu menghadapi tantangan zaman,” tegasnya.
Ia memberikan apresiasi kepada TP PKK Kota Malang, Dinas Pendidikan Jawa Timur, narasumber, guru, dan para pelajar yang telah mendukung program PKK Masuk Sekolah. Arumi menilai kerja kolaboratif itu mampu membuka ruang bagi siswa untuk memahami risiko digital sekaligus peluang kreatif di dalamnya.
Dalam penutupannya, Arumi mengajak pelajar menjadi agen perubahan. Ia menekankan bahwa siswa tidak cukup hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga perlu menjadi pencipta gagasan dan karya.
“Adik-adik harus berani berkarya. Jangan hanya memakai teknologi, tetapi ciptakan hal-hal bermanfaat. Gunakan kreativitas untuk menghasilkan karya positif dan jadilah teladan di ruang digital,” pungkasnya.***