Asosiasi PBSI Dorong Dosen Bahasa Indonesia Penuhi Standar Internasional di Era AI

Asosiasi PBSI Dorong Dosen Bahasa Indonesia Penuhi Standar Internasional di Era AI

MAKLUMAT – Bahasa Indonesia tak lagi sekadar bahasa nasional. Dalam pandangan Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum., bahasa Indonesia harus memiliki martabat hingga ke level internasional.

“Kita perlu menghidupkan kembali penelitian dan pengembangan bahasa Indonesia di luar negeri,” ujarnya tegas saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Asosiasi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA), 18–19 Oktober 2025 di Kapal Garden Sengkaling, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Sebanyak 30 program studi PBSI dari berbagai PTMA di seluruh Indonesia mengikuti rakernas ini. Adapun tema yang menjadi pembahasan “Revitalisasi Pendidikan Bahasa dan Sastra Berbasis Kecerdasan Artifisial (AI) dan Nilai Kemuhammadiyahan Menuju Era Indonesia Emas” sangat tepat.

Tema tersebut mencerminkan semangat integrasi antara kemajuan teknologi dan nilai-nilai Islam dalam pendidikan bahasa Indonesia di era digital.

Harun menegaskan, dosen bahasa Indonesia harus mampu berdaya saing secara global. Asosiasi PBSI, katanya, mesti memenuhi standar internasional dalam pengajaran, penelitian, dan jejaring kerja sama.

Upaya itu menjadi langkah penting agar bahasa Indonesia tidak hanya menjadi bahasa persatuan, tetapi juga bahasa pengetahuan dan diplomasi.

“Perguruan tinggi Muhammadiyah harus berani menembus batas. Jangan hanya jadi pelaksana kurikulum, tapi juga pencipta inovasi. Dunia sedang bergerak cepat dengan kecerdasan buatan, dan kita tidak boleh tertinggal,” tambahnya.

Baca Juga  Dampak Media Sosial Bisa Seret Kesadaran Politik dan Polarisasi Publik

Integrasi AI dan Nilai Kemuhammadiyahan

Ketua Asosiasi PBSI LPTK PTMA, Prof. Dr. Sugiarti, M.Si., menegaskan bahwa pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dalam pendidikan bahasa menjadi kebutuhan mutlak.

Ia menyebut kehadiran AI bukan ancaman. Sebaliknya, kecerdasan buatan membuka peluang untuk memperkaya metode pembelajaran, asesmen, hingga pengembangan laboratorium digital.

“Asosiasi perlu menyiapkan kompetensi inti bagi mahasiswa maupun dosen PBSI, seperti literasi digital, keterampilan abad ke-21, dan pedagogi inovatif,” jelas Sugiarti.

Ia menambahkan, AI dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, mengembangkan riset kolaboratif, dan membuka ruang kompetisi akademik yang lebih luas bagi mahasiswa.

Dalam Rakernas tersebut, peserta juga membahas program kerja lima tahun ke depan (2025–2029). Agenda utama diarahkan pada penyempurnaan basis data, pertukaran dosen dan mahasiswa, riset kolaboratif, serta penguatan nilai-nilai Kemuhammadiyahan dalam kurikulum PBSI.

Adaptif dan Transformatif

Sugiarti yang kembali terpilih sebagai Ketua Umum Asosiasi PBSI periode 2025–2029 melalui musyawarah mufakat menegaskan, kepengurusan baru akan menyiapkan langkah strategis agar asosiasi semakin adaptif dan transformatif.

“Era AI menuntut kita berpikir lebih cepat, tetapi tetap berpijak pada nilai-nilai kemanusiaan dan keislaman. Itulah fondasi utama dosen bahasa Indonesia Muhammadiyah,” katanya.

Bagi Asosiasi PBSI, revitalisasi pendidikan bahasa bukan sekadar memperbarui metode ajar. Ia juga bagian dari upaya menjaga martabat bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa yang kini menatap dunia.

Baca Juga  Reputasi Digital Bukan Klaim Sepihak, Tapi Apa yang Dikatakan Publik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *