Bahasa Daerah Mendukung Pendidikan Bermutu

Bahasa Daerah Mendukung Pendidikan Bermutu

MAKLUMAT –Saat waktu senja di kampung Nginden, Surabaya, seorang simbah duduk di beranda rumahnya, menembang parikan pelan.

“Kembang melati neng pinggir kali,
rek konco apik ojo dadi mungsuh siji.”

(Lebih kurang artinya: Bunga melati di tepi sungai, kawan yang baik jangan jadi musuh seorang diri.)

Sementara di seberang halaman, cucunya asyik menatap layar ponsel, tertawa-tawa menyaksikan video pendek berbahasa Indonesia campur istilah asing. Situasi ini menjadi potret kecil tentang jarak antargenerasi yang kian melebar, salah satunya karena pergeseran bahasa yang dipakai sehari-hari. Bahasa daerah, yang dulu begitu akrab dalam percakapan keluarga, kini perlahan tersisih di rumahnya sendiri.

Fenomena ini tak hanya terjadi di kampung-kampung Jawa Timur, tapi juga hampir di seluruh daerah di Indonesia. Padahal, di balik sederet ungkapan, peribahasa, hingga parikan khas daerah, tersimpan nilai-nilai pendidikan karakter dan sosial yang diwariskan secara turun-temurun. Bahasa daerah bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga media pendidikan bermutu, yang membentuk identitas sekaligus menyemai kearifan lokal di tengah masyarakat.

Bahasa Daerah, Identitas dan Nilai Pendidikan

Bahasa daerah menyimpan banyak sekali nilai moral, sosial, dan budaya. Dalam konteks Jawa Timur, misalnya, parikan, tembang dolanan, dan peribahasa berbahasa Jawa Timuran bukan hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai sarana mendidik anak-anak tentang sopan santun, etika, dan filosofi hidup.
Sejak dulu, para orang tua di kampung-kampung Jawa Timur kerap menyelipkan pesan moral dalam bentuk parikan. Misalnya:

Baca Juga  Perbaikan Jalur Kereta di Sungai Tuntang Grobogan Rampung, Lintasan Sudah Bisa Dilalui KA Airlangga

“Jare tresno kok dudu aku,
wes tak sawang, awamu raiso tuku.”

(Katanya cinta, kok bukan aku. Sudah kuterawang, kamu nggak mampu beli.)

Parikan semacam ini bukan sekadar guyonan, tetapi juga kritik sosial yang halus, sekaligus mengajarkan pentingnya kejujuran dalam perasaan dan hidup bersahaja. Lewat bahasa daerah, anak-anak belajar tentang kehalusan budi, sopan santun, sampai kebijaksanaan hidup dalam komunitas.

Namun sayangnya, di era digital saat ini, bahasa daerah nyaris tak mendapat ruang dalam pendidikan formal. Pelajaran muatan lokal yang dulu mengajarkan bahasa daerah kini hanya tersisa sedikit jam di kurikulum sekolah.

Lebih ironis lagi, sebagian sekolah tidak lagi mengajarkan bahasa daerah dengan alasan keterbatasan waktu, materi, dan dianggap kurang relevan dengan perkembangan zaman.

Padahal, pendidikan bermutu bukan hanya diukur dari kemampuan akademik dan penguasaan teknologi semata, tetapi juga dari kemampuan anak-anak mengenali akar budayanya, memahami nilai-nilai kebaikan lokal, serta menghargai keragaman. Di sinilah peran penting bahasa daerah dalam pendidikan yang holistik.

Bahasa Daerah dan Literasi Multikultural

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan kekayaan bahasa daerah terbesar di dunia. Data Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa mencatat, terdapat lebih dari 718 bahasa daerah di Indonesia. Namun, sedikitnya 11 di antaranya telah punah, dan puluhan lainnya dalam status terancam punah.

Bahasa daerah seharusnya menjadi instrumen penting dalam pendidikan literasi multikultural. Dengan mengenalkan bahasa daerah, anak-anak tidak hanya memahami budayanya sendiri, tetapi juga diajak menghargai budaya lain. Mereka belajar bahwa Indonesia bukan hanya Jakarta, Surabaya, atau Bandung, melainkan sebuah negeri yang dihuni ribuan suku, bahasa, dan tradisi.

Baca Juga  Donald Trump Kembali Menang, Kalahkan Kamala Harris dalam Pilpres AS

Bayangkan jika anak-anak SD di Surabaya diajak membuat vlog berbahasa Jawa Timuran tentang permainan tradisional seperti gundu, bekelan, atau engklek. Atau siswa SMP di Malang menulis cerpen menggunakan bahasa Jawa khas Malangan. Kegiatan semacam ini tak hanya meningkatkan kemampuan literasi, tetapi juga menumbuhkan kebanggaan terhadap identitas budaya lokal.

Peluang Digitalisasi untuk Revitalisasi Bahasa Daerah

Ironisnya, di saat bahasa daerah mulai surut dari ruang-ruang pendidikan formal, era digital justru menawarkan peluang besar untuk merawatnya. Platform seperti YouTube, TikTok, dan podcast bisa menjadi ruang kreatif untuk menyebarkan konten berbahasa daerah yang edukatif sekaligus menghibur.

Di Jawa Timur, sejumlah komunitas pemuda mulai memanfaatkan media sosial untuk membuat konten berbahasa Jawa Timuran. Mulai dari drama komedi pendek, vlog budaya, hingga podcast bertema humor ala Surabaya dan Malang. Salah satunya adalah komunitas Ngalam Voice, yang rutin membuat konten berbahasa Malangan tentang guyonan sehari-hari dan kritik sosial ringan.

Sekolah atau kampus pun seharusnya lebih proaktif mengadopsi metode digital ini. Para guru dapat mendorong siswa membuat proyek digital berbasis bahasa daerah, seperti membuat e-book tentang parikan seperti khas Surabaya, video tutorial masak lontong balap dengan bahasa lokal, atau film pendek berbahasa daerah.

Melalui cara ini, bahasa daerah bisa kembali hidup di tengah generasi muda, tidak hanya dalam teks buku pelajaran, tetapi juga dalam ruang digital yang akrab dengan keseharian mereka.

Baca Juga  Quo Vadis Praktik Politik Uang dalam Pemilu di Indonesia

Bahasa Ibu dan identitas Bangsa

Jika ingin menciptakan pendidikan yang bermutu, berkarakter, dan berakar pada budaya bangsa, bahasa daerah tidak boleh dikesampingkan. Ia adalah identitas kultural, sumber nilai-nilai moral, sekaligus media pendidikan sosial yang sarat makna.

Revitalisasi bahasa daerah di era digital menjadi penting agar anak-anak Indonesia tak tercerabut dari akarnya. Seperti ungkapan parikan lama,

“Wong Jawa ojo lali Jawane,
sing tresna budaya, uripe bakal tentrem saklawase.”

Karena pendidikan sejati bukan hanya soal mencari gelar, tapi juga tentang menjaga identitas, merawat nilai, dan menghargai warisan budaya di tanah airnya sendiri.***

*) Penulis: Triyo Supriyatno
Wakil Ketua PDM Kota Malang dan Guru Besar UIN Maliki Malang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *