MAKLUMAT — Ancaman mikroplastik semakin nyata di tengah kehidupan modern. Tanpa disadari, manusia hidup berdampingan dengan partikel plastik berukuran mikroskopis yang tak hanya mencemari makanan dan minuman, tapi juga udara yang dihirup setiap hari.

Dosen Program Magister Administrasi Rumah Sakit (MARS) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Dr. dr. Merita Arini, MMR, menjelaskan, mikroplastik adalah fragmen plastik dengan ukuran di bawah 5 mikrometer. Karena ukurannya yang sangat kecil, partikel ini bisa masuk ke tubuh manusia lewat berbagai jalur.
“Ada beberapa jalur utama masuknya mikroplastik ke dalam tubuh kita. Pertama, melalui inhalasi atau saluran pernapasan, misalnya dari debu kota hingga serpihan ban kendaraan,” ujar dr. Merita, dilansir laman resmi UMY pada Sabtu (19/7/2025).
“Kedua, dari makanan atau minuman yang tercemar, seperti ikan laut yang terpapar mikroplastik,” sambungnya.
Ia menyebutkan, mikroplastik hadir dalam berbagai bentuk seperti filamen, serat, benang halus, dan serpihan kecil yang tidak terlihat mata telanjang. Bahan dasar partikel ini berasal dari polimer yang digunakan secara masif dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari cat jalan, bahan bangunan, produk perkapalan, hingga sabun pembersih.
“Karena penggunaannya yang masif dan tidak semuanya dapat terurai secara alami, limbah plastik perlahan terpecah menjadi partikel mikro yang mencemari lingkungan dan pada akhirnya masuk ke tubuh manusia,” jelasnya.
Berpotensi Memicu Mutasi DNA
Lebih jauh, dr. Merita mengungkapkan paparan mikroplastik tidak hanya berdampak di permukaan tubuh, tetapi juga dapat menembus sistem peredaran darah.
“Paparan mikroplastik bisa menyebabkan mutasi DNA, memicu stres oksidatif serta kerusakan pembuluh darah,” katanya.
Dampak jangka panjangnya pun tidak main-main. Mikroplastik meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus, stroke, bahkan menurunkan tingkat kesuburan serta berpotensi menyebabkan kanker akibat mutasi genetik.
Ancaman Mikroplastik Mengintai Ketahanan Pangan
Dr. Merita menambahkan, mikroplastik juga berdampak signifikan terhadap ekosistem. Akumulasi partikel ini di lingkungan dapat memicu pertumbuhan mikroorganisme berlebih, meningkatkan emisi karbon dioksida, dan memperburuk efek rumah kaca.
“Jika kondisi ini terus dibiarkan, akumulasi partikel plastik dapat mempercepat terjadinya perubahan iklim ekstrem yang memicu gagal panen. Apabila hal itu terjadi, ketahanan pangan nasional bisa terdampak,” tegasnya.
Bagaimana Mencegah Paparan Mikroplastik
Meski ancaman semakin nyata, dr. Merita menegaskan dampak mikroplastik masih bisa diminimalkan. Upaya preventif dapat dimulai dari kebiasaan kecil sehari-hari, seperti mengganti alat makan sekali pakai dengan produk yang dapat digunakan ulang.
Ia juga mendorong lahirnya penelitian terkait pengelolaan mikroplastik di kalangan akademisi.
“UMY harus mendorong lahirnya penelitian yang mendukung pengelolaan mikroplastik dan pengembangan teknologi biodegradasi, baik melalui pendekatan bioteknologi maupun non-bioteknologi,” tegasnya.
Sebagai perlindungan diri, dr. Merita mengajak masyarakat menerapkan pola hidup sehat dengan prinsip CERDIK: Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres.