Bangsa Bisa Mati: Indonesia Harus Sehat!

Bangsa Bisa Mati: Indonesia Harus Sehat!

MAKLUMAT — Kemerdekaan Republik Indonesia yang kita peringati setiap 17 Agustus adalah nikmat yang sangat besar dari Allah SWT. Sejarah mencatat, betapa panjang jalan pengorbanan para pejuang, ulama, dan rakyat jelata untuk membebaskan negeri ini dari penjajahan. Maka, kemerdekaan bukan hanya perayaan, melainkan juga amanah.

Al-Qur’an mengingatkan, “Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu kufur, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim:7). Syukur tidak cukup diucapkan, melainkan diwujudkan dalam kerja keras, tanggung jawab, dan partisipasi dalam membangun bangsa.

Belajar dari Sejarah Bangsa-Bangsa

Sejarah dalam bahasa Arab disebut syajarah, artinya pohon. Belajar sejarah sejatinya belajar tentang akar, batang, ranting, dan buah perjalanan sebuah bangsa dalam rentang waktu.

Al-Qur’an menyatakan: “Tiap-tiap umat mempunyai ajal; maka apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) memajukannya” (QS. Al-A’raf:34).

Sebuah bangsa bisa mati. Bisa karena konflik internal yang menggerogoti persatuan, bisa karena ditundukkan bangsa lain akibat lemahnya kemandirian, atau bisa pula karena gagal beradaptasi dengan tantangan zaman.

Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah menegaskan, peradaban runtuh ketika solidaritas sosial (ashabiyah) hilang dan moral para pemimpinnya rusak. Kita melihat bagaimana imperium Romawi dan Persia runtuh bukan semata karena musuh dari luar, melainkan karena penyakit di dalam dirinya sendiri. Sebaliknya, bangsa Jepang pasca-Perang Dunia II justru bangkit dari keterpurukan dengan etos kerja, solidaritas, dan penguasaan ilmu pengetahuan.

Baca Juga  Bambang Setiaji: Indonesia Harus Ambil Peran Strategis dalam Peta Ekonomi Dunia

Bangsa yang Sehat

Jika ada bangsa yang bisa mati, ada pula bangsa yang bisa terus hidup sehat dan produktif. Al-Qur’an memberi petunjuk: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok” (QS. Al-Hasyr:18).

Bangsa yang sehat adalah bangsa yang mampu menghadapi tantangan, belajar dari pengalaman, dan mengubahnya menjadi kekuatan. Mereka memiliki hard ethics: kejujuran, amanah, disiplin, kerja keras, dan solidaritas.

Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya”(HR. Ahmad). Maka bangsa yang sehat adalah bangsa yang pemimpinnya adil dan melayani, rakyatnya berakhlak dan bekerja keras, serta seluruh elemennya menjadikan pembangunan berkelanjutan sebagai tujuan bersama: mengelola alam dengan bijak, mengembangkan ilmu dan teknologi, serta memperkuat modal sosial.

Indonesia Hari Ini

Indonesia adalah bangsa besar dengan modal sosial dan alam yang melimpah. Namun kita juga menghadapi tantangan serius: korupsi, degradasi lingkungan, ketidakadilan sosial, serta rendahnya kualitas pendidikan dan inovasi.

Sejarah negara lain memberi pelajaran. Sri Lanka terjerat krisis karena salah kelola ekonomi. Korea Selatan bisa melesat dari negara miskin menjadi maju berkat investasi besar dalam pendidikan, riset, dan teknologi.

Indonesia tidak boleh terjebak sebagai bangsa yang “cukup besar untuk jatuh” (too big to fail) tapi rapuh di dalam. Kita harus tumbuh sebagai bangsa yang sehat, jalan ini tidak bisa ditawar: Menjaga persatuandalam keberagaman, Menguatkan etos kerja dan integritas, Menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi dan Memastikan kepemimpinan adil yang melayani rakyat dan berorientasi pada tujuan pembangunan berkelanjutan.

Baca Juga  SMK: Menuju Generasi Siap Kerja dan Mandiri

Syukur yang Produktif

Kemerdekaan adalah amanah. Syukur atas kemerdekaan harus diwujudkan dalam kerja nyata di sawah, di sekolah, di pabrik, di masjid, di kantor, di desa maupun kota. Nabi bersabda: “Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka” (HR. Abu Dawud). Maka setiap orang sejatinya adalah pemimpin, dan setiap pemimpin adalah pelayan yang dituntut membawa maslahat.

Bangsa yang sehat bukanlah bangsa tanpa masalah, melainkan bangsa yang selalu mampu mengubah tantangan menjadi peluang. Dengan iman, ilmu, dan kerja keras, Indonesia bisa menjadi bangsa yang kuat, adil, dan bermartabat di mata dunia.

Maka pada peringatan kemerdekaan ini, mari kita teguhkan tekad: syukur bukan sekadar kata, tapi kontribusi nyata untuk Indonesia yang sehat, produktif, dan berkelanjutan.

Jakarta, 28 Agustus 2025

*) Penulis: Dr. Suyoto, M.Si. (Kang Yoto)
Mantan Bupati Bojonegoro, Mantan Ketua PP Pemuda Muhammadiyah, Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG), Chancellor United in Diversity Jakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *