
MAKLUMAT– Muhammadiyah dikenal luas sebagai organisasi yang konsisten menunjukkan kepedulian terhadap isu-isu kemanusiaan, baik di tingkat nasional maupun internasional. Salah satu perhatian penting Muhammadiyah adalah krisis kemanusiaan di Palestina. Dalam situasi yang terus dilanda konflik akibat agresi Israel, sistem pendidikan di Palestina mengalami kerusakan parah. Muhammadiyah pun hadir, memberikan bantuan pendidikan sebagai bentuk dukungan nyata terhadap perjuangan rakyat Palestina.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menegaskan bahwa bantuan tersebut adalah bentuk pembelaan terhadap hak sebuah bangsa untuk hidup merdeka di tanahnya sendiri (Lazismu, 2021).
Tidak mengherankan jika sektor pendidikan menjadi prioritas dalam bantuan Muhammadiyah. Sejak lama, pendidikan memang menjadi jantung perjuangan organisasi ini. Pada tahun 2017, misalnya, Muhammadiyah memberikan beasiswa kepada mahasiswa Palestina yang menempuh studi di Universitas Islam Gaza (Muhammadiyah, 2021).
Tak hanya itu, Muhammadiyah juga membuka akses pendidikan bagi warga Palestina untuk melanjutkan kuliah di Indonesia. Lewat program Palestinian Scholarship, mereka diberi kesempatan belajar di berbagai perguruan tinggi Muhammadiyah, mendapatkan pengetahuan sekaligus pengalaman internasional (Muhammadiyah, 2022).
Komitmen Muhammadiyah pun terlihat dari langkah mendirikan madrasah di kamp pengungsi Palestina di Shatila, Beirut, Lebanon. Dubes RI untuk Lebanon, Hajriyanto Y. Thohari, menyampaikan bahwa Muhammadiyah telah membangun Madrasah Muhammadiyah 1 dan merencanakan Madrasah Muhammadiyah 2 di kawasan tersebut (Republika, 2022). Menurut Edi Suryanto, Direktur Korporat dan Kelembagaan Lazismu Pusat, pendirian sekolah ini bertujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di kalangan pengungsi Palestina, demi menuju kemandirian bangsa Palestina.
Relevansi Bantuan Pendidikan
Bantuan pendidikan bukan sekadar aksi karitatif yang hampa makna. Justru sebaliknya, langkah ini memiliki makna strategis yang jauh lebih dalam. Pertama, pendidikan berpotensi menjadi kunci pembebasan Palestina dari cengkeraman penindasan Israel. Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang mampu mengubah masa depan sebuah bangsa. Namun, nilai pendidikan tak sebatas pada mobilitas sosial atau peningkatan ekonomi semata.
Pendidikan seharusnya dimaknai sebagai jalan revolusioner menuju pembebasan. Dari ruang kelas, seorang guru bisa menyebarkan gagasan dan nilai-nilai moral kepada generasi muda. Gagasan itulah yang kelak akan tumbuh menjadi pilihan-pilihan strategis dalam perjuangan sebuah bangsa. Ketika strategi dirancang dengan cerdas dan dijalankan dengan penuh kebijaksanaan, maka kemerdekaan hanyalah tinggal menunggu waktu. Sebab, tidak ada impian yang lebih luhur daripada bebas dari penindasan.
Kedua, pendidikan juga membuka peluang bagi rakyat Palestina untuk melakukan diplomasi intelektual di berbagai forum internasional. Melalui dukungan Muhammadiyah, akses pendidikan yang luas memungkinkan lahirnya generasi akademisi Palestina yang cakap dan berdaya. Mereka bisa tampil di berbagai international conference, menulis di jurnal ilmiah seperti Journal of Palestine Studies, dan menyuarakan penderitaan bangsanya dengan cara yang menyentuh dan menggugah.
Ketika suara datang dari anak bangsa sendiri—yang memahami luka, getir, dan harapan Palestina—maka resonansinya akan jauh lebih dalam di telinga masyarakat internasional. Inilah kekuatan pendidikan: menciptakan generasi intelektual yang mampu membela bangsanya melalui narasi, data, dan diplomasi moral.
Kesimpulan
Pendidikan adalah jalan sunyi namun pasti menuju perubahan besar. Dari bangsa yang terpinggirkan menjadi bangsa yang berperadaban. Dari penderitaan menuju kemerdekaan. Sebab dalam pendidikan, tersimpan hikmah untuk memahami kearifan hidup, nilai-nilai kebebasan, dan makna sejati kedaulatan.
Bantuan pendidikan yang diberikan Muhammadiyah kepada rakyat Palestina bukanlah sekadar bantuan materi, tetapi investasi ideologis dan moral untuk membangun peradaban merdeka. Dengan pendidikan, kita menanam benih kemerdekaan. Dan dari benih itulah, Palestina suatu hari nanti akan tumbuh menjadi bangsa yang bebas, bermartabat, dan berdaulat.
*) Alumni S2 Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Airlangga dan Aktivis Perempuan Muda Muhammadiyah, PCNA Manyar Gresik.***