MAKLUMAT — Awal Agustus lalu, suasana Balai Desa Wonoasri, Tempurejo, Jember, berbeda dari biasanya. Puluhan ibu-ibu berkumpul, bukan untuk rapat RT, melainkan belajar mengolah jahe menjadi jamu dan permen.
Kegiatan ini dibawa oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN).
“Herbal seperti jahe bisa menjadi solusi alami, praktis, dan terjangkau untuk menjaga kesehatan,” kata Yenis Risqi Amiliya, koordinator tim KKN.
Ia menekankan bahwa ilmu perguruan tinggi seharusnya hadir sebagai jawaban atas persoalan nyata masyarakat, termasuk soal kesehatan.
Optimalisasi Bahan Dasar Lokal
Materi utama diberikan oleh Abdur Rokhim. Ia menjelaskan manfaat jahe yang sudah lama dikenal dalam tradisi masyarakat: meningkatkan daya tahan tubuh, menjaga pencernaan, hingga mengurangi rasa lelah. Tidak berhenti pada teori, ia juga memandu warga meracik jamu tradisional sekaligus membuat permen jahe yang lebih mudah dikonsumsi sehari-hari.
Warga diajak praktik langsung. Jamu yang selesai diracik dicicipi bersama, sementara permen jahe dibagikan sebagai variasi olahan herbal dengan rasa segar.
Para mahasiswa juga membagikan brosur berisi panduan manfaat jahe dan cara sederhana mengolahnya, sehingga bisa dipraktikkan kembali di rumah.
Manfaat bagi Lingkungan dan Masyarakat
“Pemanfaatan herbal bukan sekadar melestarikan tradisi, tapi juga cara cerdas membangun gaya hidup sehat,” ujar Rokhim. Ia mendorong masyarakat agar tidak hanya mengonsumsi jamu untuk kesehatan, tetapi juga melihat peluang ekonominya.
Kegiatan ini dihadiri kader Posyandu, perwakilan RW, hingga ibu-ibu desa. Tim KKN UMM—yang beranggotakan Yenis bersama Tjokorda Putri Saraswati, Salsabila Izhar Aulani, Dela Sovia Agustin, dan Devina Rafika Fitri.
Tim ini berharap praktik sederhana berbasis jahe dan jamu dapat menjadi langkah kecil memperkuat kesadaran hidup sehat sekaligus membuka jalan ekonomi lokal.