Bendahara PWM Jatim Ajak Para Influencer Muhammadiyah Belajar dari Kisah Abdurrahman bin Auf

Bendahara PWM Jatim Ajak Para Influencer Muhammadiyah Belajar dari Kisah Abdurrahman bin Auf

MAKLUMAT — Bendahara Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, drh Zainul Muslimin, menilai peran sosok-sosok influencer saat ini sangat penting, termasuk dalam konteks gerakan dakwah Muhammadiyah di media sosial (medsos).

Hal itu ia sampaikan ketika membuka Pelatihan Influencer Muhammadiyah yang digelar Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) PWM Jatim bersama Infusmu, di Universitas Muhammadiyah Ponorogo (UMPO), Ahad (9/11/2025).

“Influencer itu saat ini menjadi sangat penting bagi kita, di zaman yang apa-apa serba digital, dan media sosial berkembang sangat pesat,” ujar Zainul.

Dalam kesempatan itu, Zainul mengaku pernah merasakan pengalaman langsung betapa pentingnya kecakapan dan penguasaan di ruang digital, ketika momentum pandemi Covid-19 beberapa tahun silam.

“Saya pernah menjadi Ketua PDM Sidoarjo, semua PPDB di sekolah-sekolah Muhammadiyah saat itu hampir semuanya sulit, alasannya karena pandemi Covid-19,” ungkapnya.

“Karena pandemi, maka PPDB itu mengandalkan luring, yang ternyata saat luring itu, ternyata promosi media dan media sosial mereka ini masih kecil, belum berkembang, followernya di media sosial pun juga masih sangat sedikit,” tambah Zainul.

Sebab itu, Zainul menilai sangat penting untuk mencetak kader-kader Persyarikatan sebagai influencer dalam gerakan dakwah Muhammadiyah, maupun sebagai profesi yang menurutnya memiliki peluang bisnis yang cukup besar. “Influencer sebagai profesi itu sangat dahsyat saat ini,” katanya.

Pria yang juga Penasihat Lazismu Jatim itu lantas mencontohkan pada kisah Abdurrahman bin Auf, yang lebih meminta untuk ditunjukkan pasar, dari pada menerima harta pemberian.

Baca Juga  Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Resmi Jadi Pasangan Capres-Cawapres

“Abdurrahman bin Auf, ketika dia tidak punya apa-apa, ketika dia hendak diberikan harta oleh Saad bin Ar-Rabi, tetapi dia hanya meminta untuk ditunjukkan di mana tempatnya pasar,” kisahnya.

“Dari situ kemudian dia (Abdurrahman bin Auf) melesat jauh, yang kemudian hartanya uang didapatkannya itu juga digunakan untuk perjuangan di jalan Allah Swt,” imbuhnya.

Zainul menandaskan bahwa pasar adalah tempatnya uang, karena di situ terjadi transaksi jual-beli. Meski begitu, ia juga menyorot perubahan pola transaksi manusia, yang kini sudah banyak beralih ke pasar digital alias online shop atau marketplace.

“Uang itu adanya di pasar. Pasar itu tempat transaksi, setiap tempat yang menghasilkan transaksi itu disebut pasar. Nah, sekarang kenapa pasar konvensional itu banyak yang sepi, banyak yang mau tutup juga. Pasar online itu sekarang menggeser, menggerus pasar konvensional,” katanya.

Sebab itu, ia juga menekankan pentingnya mencetak kader-kader influencer yang bukan hanya sebagai kadang bisnis, tetapi yang terpenting adalah untuk mencerahkan dan memenuhi ruang publik dengan narasi yang berpijak pada kebenaran.

“Begitu pentingnya influencer kita ini, untuk memenuhi atmosfer ini dengan konten-konten yang baik, dengan konten-konten yang menampilkan fakta dan kebenaran, bukan sekadar viral,” tegas Zainul, yang juga menjabat BPH Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida).

*) Penulis: Ubay NA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *