
MAKLUMAT — Dunia memperingati Hari Tuberkulosis (TB) pada tanggal 24 Maret setiap tahunnya. Hari Tuberkulosis Sedunia ini diperingati guna memperkuat komitmen untuk mengakhiri wabah epidemi tuberkulosis, salah satu penyakit menular yang paling mematikan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Peringatan World Tuberculosis Day atau Hari Tuberkulosis Sedunia yang digagas oleh WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), tidak hanya mengingatkan kita akan sejarah penting penemuan Dr. Koch, tetapi juga mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya tuberkulosis dan mendukung upaya inovatif dalam diagnosis serta pengobatannya.

Namun demikian, perjalanan panjang guna mengatasi eradikasi penyakit tuberkulosis ini, dunia kesehatan global masih dihadapkan pada tantangan berat. Antara lain adanya galur bakteri penyebab penyakit tuberkulosis yang resisten terhadap berbagai jenis obat anti tuberkulosis, ketidaksetaraan dalam akses pengobatan, dan stigma sosial yang masih kerap menghambat penanggulangan penyakit ini. Sehingga tuberkulosis masih terus menginfeksi jutaan orang di seluruh dunia, sehingga menimbulkan konsekuensi kesehatan, sosial, dan dampak ekonomi yang berat.
Berdasarkan laporan Tuberkulosis Global tahun 2024, WHO mengungkapkan kenyataan bahwa tuberkulosis kemungkinan telah kembali menjadi pembunuh penyakit menular terkemuka di dunia. Dunia kesehatan menghadapi tantangan berat, kekurangan dana, beban keuangan yang sangat besar bagi masyarakat yang terdampak penyakit tuberkulosis, perubahan iklim, konflik, migrasi, pengungsian, pandemi, dan terutama kebutuhan mendesak untuk mengatasi strain bakteri tuberkulosis yang resistan terhadap obat, sehingga menyebabkan multi resistensi antimikroba yang sulit untuk disembuhkan.
Hari Tuberkulosis Sedunia Tahun 2025
Pada peringatan tahun 2025 ini, WHO mengangkat tema ‘Yes! We Can End TB: Commit, Invest, Deliver’. Mengutip dari laman Stop TB Partnership, makna tema ini adalah untuk mengajak seluruh masyarakat dan para pemangku kepentingan untuk bersama-sama mengakhiri penyakit tuberkulosis. Dengan berkomitmen, berinvestasi, dunia akan berhasil menanggulangi dan mengatasi epidemi tuberkulosis.
Hari Tuberkulosis Sedunia dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Berdasarkan laporan terbaru pada akhir tahun 2024, WHO mencatat total kasus tuberkulosis global adalah 10,8 juta. Terjadi peningkatan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2023, tercatat sebanyak 175.923 orang perderita tuberculosis yang didiagnosis dan dirawat disebabkan oleh galur bakteri Mycobacterium tuberculosis yang telah resistan terhadap berbagai jenis obat anti TBC (multi-drug resistant-tuberculosis/ MDR-TB). Kasus ini merupakan 44% dari sekitar 400.000 orang, yang telah resisten terhadap obat Rifampisin.
Untuk menghadapi kondisi epidemi tuberkulosis yang resisten terhadap berbagai jenis obat ini diperlukan pendekatan kolaboratif, dimana komitmen dan kemitraan antara pemerintah, organisasi kesehatan, para tenaga medis, masyarakat dan sektor swasta sangat penting dalam memerangi epidemi tuberkulosis.
Komitmen dan pendekatan kolaboratif ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB, khususnya Sustainable Development Goals-3 (SDG-3), yaitu Good Health and Well-being (Kesehatan dan Kesejahteraan).
Inisiatif PBB untuk mendukung kesehatan dan kesejahteraan berkelanjutan ini tentunya sejalan dengan upaya WHO guna mengakhiri epidemi tuberkulosis pada tahun 2030.
Namun demikian, apakah tujuan eliminasi epidemi tuberkulosis pada tahun 2030 yang tinggal kurang dari 6 tahun lagi tersebut akan tercapai? Jawabannya akan sangat tergantung pada komitmen dan kesungguhan upaya kita semua dan seluruh pemangku kepentingan dalam mewujudkan dunia bebas tuberkulosis di masa depan.
Tuberkulosis di Indonesia
Berdasarkan data dari TB Indonesia dan laporan terbaru Global TB Report 2024, Indonesia masih menempati peringkat kedua sebagai negara dengan kasus tuberkulosis terbanyak di dunia selama tiga tahun terakhir.
Diperkirakan sebanyak 1.090.000 kasus tuberkulosis dengan 125.000 kematian setiap tahun terjadi di Indonesia, yang berarti ada sekitar 14 kematian setiap jamnya. Data ini menegaskan akan pentingnya peningkatan upaya pencegahan dan pengobatan tuberkulosis di seluruh wilayah Indonesia, dengan memperkuat manajemen program melalui sistem kesehatan yang lebih terintegrasi.
Dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia Tahun 2025, Kementerian Kesehatan RI mengusung tema nasional peringatan Hari Tuberkulosis tahun 2025, yaitu GIATKAN (Gerakan Indonesia Akhiri Tuberkulosis dengan Komitmen dan Aksi Nyata). Adapun sub-tema kegiatannya adalah (1) Gerakan Indonesia Akhiri TBC dengan Komitmen Bersama, (2) Gerakan Indonesia Akhiri TBC dengan Investasi Berkelanjutan, dan (3) Gerakan Indonesia Akhiri TBC dengan Aksi Nyata.
Bersatu Memberantas Tuberkulosis
Melalui peningkatan kesadaran, diagnosis dini, pengobatan yang efektif, dan upaya global yang kolaboratif, tuberkulosis akan dapat diberantas. Dunia dapat mencapai tujuan masa depan yang bebas tuberkulosis melalui tindakan kolektif dan kolaboratif. Namun demikian, meskipun dukungan kemajuan medis dan inisiatif kesehatan masyarakat sangat penting, tindakan individu dan kebiasaan pola hidup sehat masyarakat, sangat signifikan memengaruhi kesejahteraan secara keseluruhan dan kemampuan tubuh dalam menangkal penyakit menular termasuk tuberkulosis.
Selain itu, diagnosis dini merupakan salah satu langkah terpenting dalam pencegahan tuberkulosis. Diagnosis dini dapat membantu mengurangi tingkat penularan dan memastikan bahwa mereka yang terkena menerima perawatan yang diperlukan sebelum penyakit tersebut menular. Tanpa deteksi dini dan intervensi segera, tuberkulosis dapat menyebar di masyarakat dan menyebabkan komplikasi kesehatan yang parah. Diagnosis dini juga meningkatkan peluang keberhasilan perawatan dan meminimalkan risiko berkembangnya galur bakteri Mycobacterium tuberculosis yang resistan terhadap berbagai jenis obat anti tuberkulosis.
Kesadaran Tentang Tuberkulosis
Salah satu upaya penting untuk pencegahan penyakit tuberkulosis adalah, pogram vaksinasi dengan Vaksin Bacillus Calmette-Guérin (BCG). Vaksin BCG merupakan vaksin utama yang digunakan untuk mencegah tuberkulosis yang efektif dalam mencegah tuberkulosis berat pada anak-anak. Melalui program vaksinasi kita dapat mengurangi beban tuberkulosis di seluruh dunia.
Disamping itu, program edukasi kepada masyarakat tentang tuberkulosis, gejalanya dan pilihan pengobatannya, serta kepatuhan terhadap pengobatannya dan tindakan pencegahannya merupakan salah satu cara yang dianjurkan dalam memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia. Dalam upaya memerangi tuberkulosis secara efektif, penting untuk mengadopsi strategi yang meminimalkan paparan bakteri dan memperkuat imunitas tubuh terhadap infeksi.
Dengan penyebarluasan informasi yang tepat dan kampanye kesehatan yang intensif, diharapkan insidensi dan angka kematian, serta beban penyakit tuberkulosis dapat ditekan secara signifikan, sehingga dapat menciptakan masa depan yang lebih sehat bagi seluruh masyarakat di Indonesia.
Semoga Allah senantiasa melindungi kita semua dari berbagai penyakit, termasuk penyakit tuberkulosis. Aamiin…
___________
*) Penulis: Prof. Dr. Maksum Radji, M.Biomed., adalah Guru Besar Prodi Farmasi FIKES Universitas Esa Unggul Jakarta, dan Pembina Pondok Babussalam Socah Bangkalan.