MAKLUMAT — Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan masyarakat agar siap-siaga menghadapi cuaca ekstrem dan potensi bencana hidrometeorologi yang meningkat selama musim penghujan.
Fenomena La Nina, yang memperkuat intensitas hujan hingga 20 persen, diperkirakan akan terus berlangsung hingga awal 2025, memicu risiko banjir dan tanah longsor di berbagai daerah di Indonesia.
“Daerah dan masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan,” ujar Dwikorita dikutip dari laman BMKG, Ahad (10/11/2024). Dwikorita juga menekankan pentingnya pengoptimalan infrastruktur pengelolaan air di wilayah urban, khususnya pada daerah rawan banjir.
Sistem drainase, tampungan air, hingga keandalan waduk, embung, dan kolam retensi perlu dipastikan berfungsi optimal untuk mengantisipasi curah hujan tinggi di musim hujan dan memastikan pasokan air saat kemarau.
Menurut Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, sebagian besar wilayah Indonesia, seperti Sumatera, Kalimantan, dan Jawa bagian tengah hingga barat, sudah mulai memasuki musim hujan. Beberapa kejadian banjir dan tanah longsor telah terjadi di Bogor dan Sukabumi, Jawa Barat. “Waspada jangan lengah, ini baru awal musim penghujan,” imbuhnya.
Ancaman Transportasi Laut dan Udara
Analisis BMKG menunjukkan adanya potensi hujan sedang hingga lebat yang disertai petir dan angin kencang dalam sepekan ke depan (7-12 November 2024). Hal ini berdampak pada aktivitas harian masyarakat dan sektor transportasi laut dan udara.
Guswanto mengimbau pengguna layanan transportasi, terutama laut dan udara, serta para nelayan untuk terus memantau kondisi cuaca melalui aplikasi InfoBMKG dan menunda aktivitas di laut saat cuaca buruk.
Selain itu, BMKG juga memantau pergerakan Siklon Tropis Yinxing di Laut Filipina yang meski menjauhi Indonesia, namun mempengaruhi curah hujan dan gelombang laut di Kalimantan dan wilayah perairan lain.
Tinggi gelombang 1,25 hingga 2,5 meter diperkirakan terjadi di Perairan Kepulauan Sangihe-Talaud, Laut Maluku, dan Samudra Pasifik Utara Halmahera.
Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menambahkan bahwa fenomena atmosfer seperti Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial meningkatkan ketersediaan massa uap air di atmosfer, yang mendukung pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia. Kombinasi dengan labilitas lokal dan pola angin yang memperlambat aliran udara juga memicu intensitas hujan.
“Masyarakat diimbau meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem dan dampaknya, termasuk banjir dan longsor, dalam sepekan ke depan,” pungkasnya.