BNPT Warning Ancaman Radikalisme Game Online, Komisi E DPRD Jatim: Kewaspadaan Digital Itu Mutlak!

BNPT Warning Ancaman Radikalisme Game Online, Komisi E DPRD Jatim: Kewaspadaan Digital Itu Mutlak!

MAKLUMAT – Anggota Komisi E DPRD Jawa Timur, Puguh Wiji Pamungkas, menyoroti maraknya penyusupan paham radikalisme melalui platform digital, termasuk game online yang digemari anak muda.

Pernyataan ini menyikapi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang mengungkapkan adanya upaya penyebaran paham radikal melalui game online populer Roblox. BNPT meminta para orang tua, terutama ibu, agar lebih ketat mengawasi aktivitas digital anak-anaknya.

Puguh menilai fenomena ini menjadi peringatan serius bagi semua pihak untuk lebih waspada terhadap ancaman ideologi yang menyasar generasi muda.

“Ini menjadi keprihatinan sekaligus alarm bagi kita semua. Doktrinasi radikalisme dan intoleransi sekarang tidak lagi melalui mimbar-mimbar offline, tetapi disusupkan melalui game yang banyak diminati anak muda,” ujar Puguh, Jumat (10/10/2025).

Diterangkan, menurut data tahun 2020, jumlah pengguna internet di Jawa Timur mencapai 26,3 juta orang atau lebih dari 60 persen penduduk provinsi tersebut.

Angka ini, kata Puguh, kemungkinan besar terus meningkat setiap tahun dan menjadi tantangan tersendiri dalam menjaga ketahanan ideologi di kalangan masyarakat digital.

“Fenomena ini sangat mengancam keberlangsungan bangsa. Jawa Timur adalah provinsi yang heterogen, beragam, dan kita semua bersepakat menjunjung Pancasila serta UUD 1945 sebagai dasar dan panduan kehidupan berbangsa,” tegas politisi PKS ini.

Puguh menilai, kasus penyusupan paham radikalisme dalam game seperti Roblox harus menjadi perhatian serius seluruh pemangku kepentingan.

Baca Juga  LHKP PDM Surabaya Kecam Serangan Israel di Gaza Palestina saat Ramadan, Minta Indonesia Bertindak Konkret

Ia menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga dalam membendung infiltrasi ideologi berbahaya tersebut.

“Kerja sama semua pihak menjadi kunci. Pemerintah harus menjalankan fungsi regulasi dan pengawasan hukum secara tegas, sementara keluarga sebagai pilar utama harus memperkuat moralitas anak-anak di rumah,” ujarnya.

Lebih lanjut, Puguh mengingatkan bahwa ancaman serupa bisa muncul di berbagai platform digital lain, bukan hanya di game online.

“Paham radikalisme bisa disusupkan lewat berbagai platform yang ada di genggaman masyarakat melalui smartphone. Karena itu, kewaspadaan digital menjadi hal yang mutlak,” pungkas wakil rakyat asal Malang ini.

Diberitakan, Deputi Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT, Mayor Jenderal TNI Sudaryanto, menyebut kelompok berpaham radikal kini menggunakan game sebagai sarana rekrutmen dan penyebaran ideologi intoleran kepada anak muda.

“Sekarang sudah ada upaya sistematis dari kelompok berpaham radikal untuk merekrut anak-anak muda lewat game online seperti Roblox,” ujar Sudaryanto di Jakarta, Kamis (9/10/2025).

Dalam Dialog Kebangsaan Bersama Ormas dan Tokoh Perempuan di Asrama Haji Padang, Sumatera Barat, Rabu (8/10/2025), Sudaryanto menjelaskan pola penyusupan paham radikal tersebut.

Menurutnya, anak-anak yang bermain game daring bisa diajak berinteraksi dengan orang asing. Setelah hubungan terjalin, mereka diarahkan bergabung ke grup WhatsApp atau Telegram, tempat doktrinasi intoleransi mulai disebarkan.

“Dari bermain, anak-anak bisa diajak berkomunikasi, lalu digiring ke grup tertentu. Di sana, mulai diberikan pemahaman intoleran dan radikal,” katanya.

Baca Juga  Warga Surabaya Sambat Sulit Cari Kerja, Ini Respons DPRD Jatim

BNPT menegaskan peran orang tua sangat vital untuk mengantisipasi hal tersebut. Sudaryanto menyebut pengawasan keluarga adalah benteng pertama agar anak tidak terjerumus ke jaringan ekstremisme digital.

“Kadang orang tua dan anak tidak sadar, pelan-pelan mereka digiring ke arah yang salah. Karena itu, pengawasan keluarga sangat dibutuhkan,” tegasnya.

Sudaryanto menambahkan, meski Indonesia saat ini tidak menghadapi aksi teror besar, ancaman radikalisme tetap ada dalam bentuk baru yang lebih halus dan menyusup lewat dunia digital.

Ia juga menyoroti pentingnya peran perempuan sebagai pilar utama keluarga, terutama dalam menanamkan nilai-nilai toleransi dan moderasi beragama sejak dini.

“Semua dimulai dari rumah, dari peran ibu. Ibu adalah benteng utama dalam mencegah paham radikal,” ujarnya.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *