30.7 C
Malang
Kamis, November 21, 2024
KilasBulan Madu Muhammadiyah dengan Parmusi Ternyata Lebih Singkat dan Mendalam

Bulan Madu Muhammadiyah dengan Parmusi Ternyata Lebih Singkat dan Mendalam

Bulan Madu
Bulan Madu Muhammadiyah dengan Parmusi dikuasai secara mendalam dalam buku Parmusi, Pergulatan Muhammadiyah  dalam Partai Politik karya Ridho Al-Hamdi. Foto: LHKP PP Muhammadiyah

MAKLUMAT — Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) PP Muhammadiyah menggelar diskusi bedah buku berjudul Parmusi: Pergulatan Muhammadiyah dalam Partai Politik 1966-1971. Acara berlangsung di Aula Graha Suara Muhammadiyah, Yogyakarta, Selasa (19/11).

Buku karya Ridho Al-Hamdi ini membahas hubungan unik Muhammadiyah dengan Parmusi, yang diakui lebih intensif dibandingkan dengan Masyumi. Ridho mengungkapkan keresahannya saat menyusun buku ini.

“Belum ada buku yang secara khusus mengulas Parmusi, padahal peran Muhammadiyah di dalamnya sangat luar biasa,” ujarnya.

Menurutnya, meski hubungan Muhammadiyah dengan Parmusi hanya berlangsung dari 1968 hingga 1971, dampaknya terasa lebih besar dibandingkan keterlibatan Muhammadiyah di Masyumi.

“Bulan madu antara Muhammadiyah dan Parmusi memang singkat, tetapi intensitasnya jauh lebih dalam,” tegas Ridho.

David Efendi, Sekretaris LHKP PP Muhammadiyah, melihat bahwa Muhammadiyah kini memasuki babak baru yang disebutnya sebagai “politik tanpa partai.”

Ia mencatat pergeseran strategi Muhammadiyah dalam mendorong kader-kader terbaiknya untuk mengisi jabatan penting di pemerintahan tanpa harus terikat formal dengan partai politik.

“Ini adalah bentuk politik tingkat tinggi berbasis konsensus dan diaspora,” jelas David.

Diskusi ini juga menyoroti pentingnya belajar dari sejarah. Isngadi Marwah Atmadja, Direktur Media dan Publikasi Suara Muhammadiyah, mengajak generasi muda untuk memandang sejarah dengan optimisme. “Sejarah tidak untuk ditakuti atau disesali, tapi untuk diulang dengan cara yang lebih baik,” katanya.

Sementara itu, Guru Besar UIN Sunan Kalijaga, Siti Syamsiyatun, menggambarkan perjalanan Muhammadiyah dalam politik sebagai “Musibah berbuah Hikmah.” Menurutnya, pengalaman ini menjadi pelajaran berharga untuk generasi mendatang agar tetap bijak dalam menjaga nilai-nilai persyarikatan.

Diskusi yang dihadiri berbagai tokoh Muhammadiyah lintas disiplin ini membuka ruang refleksi penting. Bagaimana Muhammadiyah terus beradaptasi tanpa kehilangan jati diri menjadi pertanyaan besar yang dijawab melalui pemahaman sejarah dan wawasan baru.

spot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Lihat Juga Tag :

Populer