24.8 C
Malang
Kamis, September 19, 2024
OpiniBullying: Tradisi Bangsa yang Terjajah

Bullying: Tradisi Bangsa yang Terjajah

Silviyana Anggraeni

BULLYING atau perundungan, sebagaimana disebut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bukanlah fenomena baru di kalangan masyarakat Indonesia. Ironisnya, perilaku ini lambat laun dianggap wajar dan bahkan telah menjadi bagian dari budaya. Bullying bisa dimulai dari lingkup terkecil, yaitu keluarga. Kita sering mendengar cerita tentang orang tua yang membandingkan anak-anak mereka di depan umum, yang akhirnya membuat anak merasa malu dan tidak nyaman. Jika ditelaah lebih dalam, tindakan ini termasuk dalam kategori bullying verbal.

Tak hanya di keluarga, bullying juga marak di lingkungan sekolah dan kampus. Fenomena ini bisa terjadi antar siswa atau bahkan antara pendidik dan peserta didik. Di lingkup yang lebih luas, bullying juga ditemukan dalam masyarakat umum dan lingkungan kerja. Jenis-jenis bullying pun beragam, mulai dari bullying fisik, verbal, sosial, hingga cyber dan bullying seksual.

Kasus-kasus bullying kerap kali berseliweran di hadapan kita, baik melalui pengalaman langsung maupun pemberitaan media. Salah satu kasus terbaru adalah kematian mahasiswi bernama Aulia Risma Lestari pada Senin, 12 Agustus 2024. Aulia diduga melakukan bunuh diri akibat menjadi korban bullying oleh seniornya di Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Diponegoro, yang berlokasi di RSUP Dr. Kariadi, Semarang, Jawa Tengah.

Kementerian Kesehatan, melalui Menteri Budi Gunadi Sadikin, menyatakan siap memberikan sanksi jika terbukti ada indikasi bullying dalam kasus tersebut. Sementara itu, pihak Universitas Diponegoro menyatakan bahwa tidak ada tindakan bullying yang terjadi, dan mengklaim bahwa faktor kesehatan yang menjadi penyebab bunuh diri Aulia.

Program Pendidikan Dokter Spesialis atau PPDS dikenal sebagai program yang sangat berat bagi para dokter. Menurut dokter Tirta, ada tiga hal penting yang harus dimiliki seseorang jika ingin menempuh program tersebut: pertama, kesiapan finansial, mengingat program ini tidak memberikan gaji selama lima tahun masa pendidikan; kedua, kemampuan intelektual yang tinggi, karena dokter spesialis membutuhkan keahlian khusus dan pendidikan yang panjang; dan ketiga, kekuatan mental, mengingat beban kerja yang berat.

Meski penyebab pasti kematian Aulia Risma Lestari masih dalam proses penyelidikan, pertanyaan mengenai adanya praktik bullying di lingkup PPDS masih terus bergulir. Juru bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril, mengungkapkan bahwa sejak Juli 2023, Kemenkes telah menerima 356 laporan bullying. Dari jumlah tersebut, 211 laporan berasal dari rumah sakit vertikal di bawah naungan Kemenkes, sementara 145 laporan lainnya berasal dari rumah sakit non-vertikal.

Selain menerima laporan, Kemenkes juga melakukan skrining kesehatan jiwa kepada 12.121 mahasiswa PPDS, yang menunjukkan 22,4% atau 2.716 peserta mengalami depresi dalam berbagai kategori, mulai dari ringan, sedang, hingga berat.

Walaupun laporan bullying dan skrining kesehatan jiwa menunjukkan adanya masalah yang serius, beban kerja di dunia kedokteran, khususnya di program spesialisasi, memang sangat berat. Setiap dokter junior menghadapi berbagai tekanan, termasuk beban pendidikan, beban kerja, beban ekonomi, dan potensi bullying. Tekanan-tekanan ini yang sering kali memicu depresi selama menjalani PPDS. Dalam situasi seperti ini, perilaku senior yang dianggap memberatkan bisa saja diartikan sebagai bullying, atau mungkin hanya asumsi.

Dalam Islam, bullying dalam bentuk apapun sangat dilarang. Hal ini ditegaskan dalam QS. Al-Hujuraat ayat 11 yang menyatakan, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) itu lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita yang lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olok) itu lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri.”

Silviyana Anggraeni, penulis adalah Anggota Aliansi Penulis Muhammadiyah Lamongan

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Lihat Juga Tag :

Populer