
MAKLUMAT – Pelantikan Sugiri Sancoko dan Lisdyarita sebagai Bupati dan Wakil Bupati Ponorogo terpilih hasil Pilkada Serentak 2024 digelar pada Kamis (20/2/2025). Namun, di tengah euforia kemenangan, Sugiri Sancoko justru menggaungkan pesan yang tak lazim: Jangan kirim karangan bunga. Bibit tanaman lebih berguna.

“Karangan bunga memang indah, tapi berapa lama bertahan? Lebih baik kirim bibit pohon. Itu hidup, tumbuh, dan bermanfaat,” ujar Sugiri dikutip dari laman Pemkab Ponorogo, Rabu (19/2/2025) malam.
Sugiri dan Lisdyarita dijadwalkan dilantik bersama 480 pasangan kepala daerah lainnya di Monumen Nasioal, Jakarta, Kamis (20/2/2025). Bagi Sugiri, ucapan selamat yang hanya berakhir di tempat sampah bukanlah bentuk apresiasi yang ia harapkan. Bibit tanaman, sebaliknya, adalah simbol harapan yang nyata.
“Kita mencanangkan penanaman tiga juta pohon dalam setahun. Bibit-bibit ini akan jadi bagian dari gerakan penghijauan Ponorogo. Untuk oksigen, untuk air, untuk kenyamanan anak-cucu kita,” tegasnya.
Tren Nasional
Suami Susilowati itu meyakini bahwa tradisi baru ini bisa memicu tren nasional. Apakah ini ancaman bagi bisnis karangan bunga? Sugiri justru menantang kreativitas.
“Pengusaha karangan bunga harus berinovasi. Mengapa tidak membuat rangkaian ucapan dari bibit pohon? Bisa untuk pernikahan, duka cita, atau perayaan lainnya,” katanya.
Ketua DPRD Kabupaten Ponorogo, Dwi Agus Prayitno, mendukung penuh ajakan ini. Menurutnya, ucapan selamat dalam bentuk tanaman jauh lebih bermakna.
“Karangan bunga berakhir di tempat sampah. Bibit pohon? Ia tumbuh, berbuah, dan memberi manfaat. Saya yakin lebih banyak yang setuju ketimbang menolak,” ujarnya.
Dikutip dari laman Pemkab Ponorogo, Pringgitan (rumah dinas bupati) sudah dihiasi 433 bibit tanaman. Mayoritas berupa alpukat, sawo, jambu air, durian, mangga, dan kelengkeng. Tak ketinggalan, tanaman unik seperti Flam Manila, asem, matoa, hingga anggur Brazil.
Sugiri Sancoko tak sekadar memimpin, ia mengundang masyarakat berpikir ulang tentang tradisi. Mengubah ucapan selamat yang fana menjadi warisan yang hidup. Sebab, di tangan pemimpin yang visioner, sekadar ucapan pun bisa menjadi gerakan nyata untuk masa depan.