MAKLUMAT – Di sudut pedalaman Sampang, tepatnya di Kecamatan Robatal, Tri Rismaharini hadir membawa secercah harapan bagi keluarga Bukanah. Seorang buruh tani ini berjuang keras menghidupi delapan anaknya di tengah keterbatasan.
Di rumah sederhana beralaskan tanah dan beratapkan seng, yang bahkan bercampur dengan kandang ayam, Bukanah bersama istrinya, Halimah, dan anak-anaknya menjalani hari-hari mereka dengan penuh kesederhanaan dan keteguhan hati.
Risma mengetahui keberadaan keluarga Bukanah dari KH Khoiron Zaini, pengasuh pondok pesantren Miftahul Ulum At-Taufiq. Kebetulan, rumah Bukanah hanya beberapa meter dari pondok pesantren tersebut.
“Bapak sudah lama tinggal di sini, istrinya mana?” ujar Risma seraya meminta bantuan KH Khoiron Zaini untuk menerjemahkan karena Bukanah lebih sering menggunakan bahasa Madura, pada Senin (11/11/2024) malam.
Tak lama, Halimah datang dan ikut menemui Risma. Dengan mata berkaca-kaca, Bukanah bercerita kepada Risma tentang kehidupan mereka yang penuh perjuangan. Selama bertahun-tahun, keluarga ini hidup serba kekurangan, bahkan belum pernah sekalipun mendapat perhatian atau bantuan dari pihak mana pun untuk memperbaiki keadaan.
“Saya hidup di sini sama istri, anak saya delapan. Yang paling besar usianya 27 tahun,” ungkap Bukanah, yang terlihat menahan air mata.
“Apa Bapak tidak ingin mendapat tambahan penghasilan selain menjadi petani?” tanya Risma dengan tatapan haru.
Menanggapi pertanyaan itu, Bukanah menjawab bahwa dirinya hanya memiliki kemampuan sebagai petani. “Saya ingin jadi petani saja, Bu,” ujarnya.
Risma kemudian mengatakan bahwa ia berniat membantu warga yang masih belum memiliki hunian layak. Hal itu menjadi salah satu program prioritasnya jika terpilih menjadi gubernur Jawa Timur mendatang.
Risma juga berencana menyediakan beberapa ekor ternak yang bisa dikelola oleh keluarga tersebut. “Kalau ada ternak, setidaknya ada penghasilan tambahan. Kita bisa bantu dengan menyediakan ternaknya dan mendatangkan pelatihnya,” ujar Risma.
Program semacam itu pernah dia lakukan saat menjadi Menteri Sosial, salah satunya di Papua. Pada akhirnya, peternakan tersebut mampu mendorong penguatan ekonomi masyarakat dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Mendengar janji tersebut, air mata Bu Halimah perlahan mengalir. Matanya berkaca-kaca, ia tampak tak percaya akan perhatian yang diberikan.
“Selama hidup, belum pernah ada yang datang ke rumah kami, apalagi memberikan bantuan seperti ini. Baru kali ini kami merasa diperhatikan,” ungkap Bu Halimah dengan suara bergetar.
Risma, yang sejak awal berdiri mendengarkan cerita Pak Bukanah dan Bu Halimah, tampak semakin yakin akan tekadnya untuk membantu masyarakat kecil di pelosok Jawa Timur.
“Saya ingin memastikan setiap warga Jawa Timur, terutama yang jauh dari kota, bisa merasakan kehadiran pemerintah. Mereka harus tahu bahwa ada yang peduli, bahwa mereka tidak sendiri,” kata Risma.
Kunjungan Risma ke Robatal bukan sekadar perjalanan singkat, melainkan perwujudan dari komitmennya untuk mendekatkan diri kepada masyarakat, terutama mereka yang paling membutuhkan. Bagi Risma, bantuan ini bukanlah sebuah kebetulan, melainkan bagian dari misinya untuk memperjuangkan kesejahteraan bagi seluruh warga Jawa Timur.
“Saya ingin keluarga ini bisa hidup lebih mandiri dan nyaman, ada harapan baru untuk anak-anaknya,” tuturnya.