Campak di Sumenep Potensi Meningkat, Bupati Tegaskan Pencegahan Butuh Dukungan Semua Pihak

Campak di Sumenep Potensi Meningkat, Bupati Tegaskan Pencegahan Butuh Dukungan Semua Pihak

MAKLUMAT – Bupati Dr KH Kholilurrahman SH MSi menegaskan pentingnya keterlibatan lintas sektor dalam pencegahan dan pengendalian penyakit campak di Pamekasan yang meningkat signifikan.

Hal ini ditegaskan dalam Rapat Koordinasi dan Audiensi Penanggulangan Kasus Campak di Ruang Peringgitan Dalam Pendopo Kabupaten Pamekasan, Kamis (11/9/2025).

Menurutnya, masalah kesehatan tidak bisa dipandang hanya sebagai urusan medis semata, melainkan akan berdampak langsung pada sektor pembangunan lainnya seperti pendidikan dan ekonomi.

“Pencegahan dan pengendalian penyakit campak tidak hanya menjadi tanggung jawab jajaran kesehatan, tetapi harus melibatkan seluruh perangkat daerah. Sebab, kasus campak akan memengaruhi sektor-sektor pembangunan yang lain,” ujarnya saat memberi sambutan.

Bupati mengungkapkan, hingga saat ini di Pamekasan tercatat 5 kasus kematian akibat campak.

Untuk itu, ia telah mengeluarkan surat edaran tentang kewaspadaan dan meminta semua pihak meningkatkan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya imunisasi, perilaku hidup bersih dan sehat, serta akses pengobatan yang cepat dan tepat.

Kholilurrahman juga menekankan agar fasilitas kesehatan, baik puskesmas maupun rumah sakit, negeri maupun swasta, memberikan pelayanan optimal sehingga kasus campak dapat ditekan dan tidak lagi menambah angka kematian.

Dalam kesempatan tersebut, Kholilurrahman meminta para camat untuk aktif berkoordinasi dengan Forkopimda dan Forkopimcam guna memastikan cakupan imunisasi merata di wilayah masing-masing.

“Anak-anak harus mendapat imunisasi lengkap, khususnya campak, agar target cakupan imunisasi bisa tercapai,” tegasnya.

Bupati juga menyampaikan apresiasi kepada UNICEF, Kementerian Kesehatan, dan Dinas Kesehatan Jawa Timur atas perhatian dan dukungan mereka terhadap penanganan kasus campak di Madura, khususnya Pamekasan.

Baca Juga  Ketua LHKP PWM Jatim: Berpolitik Itu Berpihak

“Semoga acara ini menghasilkan tindak lanjut dan rekomendasi strategis dalam memperkuat upaya pencegahan serta pengendalian kasus campak di Kabupaten Pamekasan,” pungkasnya.

Kejar Target Imunisasi

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pamekasan mencatat hingga 10 September 2025 terdapat 520 kasus suspek campak. Dari jumlah itu, 177 kasus sudah terkonfirmasi positif berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium. Saat ini, 83 pasien campak masih menjalani perawatan, sementara 5 balita dilaporkan meninggal dunia.

Kepala Dinkes Pamekasan dr. Saifudin menyampaikan, mayoritas kasus campak terjadi pada anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi.

“Sebanyak 74 persen suspek campak di Pamekasan tidak pernah mendapat imunisasi,” ujarnya.

Sebaran kasus ditemukan di 13 kecamatan. Tiga wilayah dengan angka suspek tertinggi adalah Kecamatan Proppo (79 kasus), Tlanakan (57 kasus), dan Pademawu (56 kasus). Rendahnya cakupan imunisasi rutin MR (Measles Rubella) disebut sebagai faktor utama meningkatnya kasus.

Dari target yang ditetapkan, cakupan imunisasi campak-rubella di Pamekasan per Agustus 2025 baru mencapai 57,14 persen.

Meski demikian, beberapa kecamatan menunjukkan capaian lebih baik, di antaranya Batu Marmar (69 persen), Pakong (65 persen), Pademawu (62 persen), Larangan (61 persen), dan Tamberu (60 persen).

“Namun secara keseluruhan, capaian ini masih jauh dari target sehingga situasinya masih tergolong merah,” kata Saifudin.

Dinkes Pamekasan telah melakukan sejumlah langkah, mulai dari surveilans rutin, deteksi dini, analisis data kasus secara real-time, hingga edukasi masyarakat tentang pentingnya imunisasi.

Baca Juga  Struktur Lengkap Pengurus PDIP 2025–2030, 10 Tokohnya dari Jawa Timur

Untuk menekan penularan, pemerintah bersama UNICEF dan Kementerian Kesehatan akan menggelar imunisasi tambahan serentak pada 15–27 September 2025. Sasaran kegiatan ini adalah 58.013 anak usia 9 bulan hingga kurang dari 7 tahun dengan target cakupan minimal 90 persen.

“Harapannya, melalui imunisasi tambahan ini dan dukungan lintas sektor, kita bisa menekan peningkatan kasus campak dan mencegah terjadinya kematian,” tegas Saifudin.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur menilai langkah surveilans aktif yang dilakukan jajaran kesehatan di Kabupaten Pamekasan menjadi kinerja baik dalam upaya pengendalian kasus campak.

Melalui pemantauan dan pelaporan berjenjang, kasus dapat terdeteksi lebih cepat sehingga penanganan bisa dilakukan segera.

“Kalau kita belajar dari pengalaman Covid-19, ketika pemantauan dilakukan terus-menerus, kasus bisa tercatat dan dilaporkan dengan baik. Itu yang sudah dijalankan di Pamekasan, dan patut diapresiasi,” ujar Kepala Bidang Pencegaha dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Jatim, Drg. Sulvy Angraeni, M.Kes.

Ia menjelaskan, pelaporan dari Puskesmas, tinjauan rumah sakit, hingga surveilans berbasis masyarakat menjadi instrumen penting dalam mengendalikan penyebaran penyakit.

“Peran masyarakat juga sangat bermakna, sekecil apa pun laporan dari tetangga atau keluarga bisa membantu mempercepat deteksi,” tambahnya.

Namun, Dinkes Jatim juga menyoroti lemahnya kekebalan tubuh anak akibat imunisasi yang tidak lengkap dan masalah gizi. Dari 5 kasus kematian akibat campak di Pamekasan, 4 anak diketahui belum pernah diimunisasi, sementara satu anak belum cukup umur untuk mendapatkan imunisasi karena baru berusia delapan bulan.

“Masalah gizi memperburuk kondisi. Anak yang mengalami malnutrisi memiliki daya tahan tubuh rendah, sehingga lebih rentan terhadap campak,” jelasnya.

Baca Juga  Dinkes Jember Ungkap Tantangan Vaksinasi Campak, UNICEF: Imunisasi Hak Anak

Ditambahkan, campak adalah penyakit dengan tingkat penularan tinggi. Satu kasus dapat menularkan ke 12 hingga 18 orang melalui droplet seperti batuk atau bersin. Kebiasaan masyarakat yang gemar berkumpul dinilai memperbesar peluang penularan.

“Karena itu, penguatan imunisasi dan surveilans aktif harus terus ditingkatkan, agar kita bisa menekan angka kasus dan mencegah kematian,” tegasnya.

Dukungan UNICEF

Health Specialist UNICEF Indonesia, Dr. Armunanto, MPH, menegaskan peningkatan kasus campak di sejumlah daerah, termasuk Pamekasan, tidak bisa ditangani hanya oleh jajaran dinas kesehatan.

Menurutnya, diperlukan keterlibatan lintas sektor untuk menekan laju penularan dan mencegah kematian anak.

“Masalah kesehatan masyarakat, termasuk campak, harus kita hadapi bersama. Tidak mungkin hanya diselesaikan oleh Dinas Kesehatan,” ujarnya.

Armunanto menjelaskan, peningkatan kasus campak saat ini bukan hanya terjadi di Madura, tetapi juga di beberapa provinsi lain. Di antara kabupaten di Madura, Sumenep tercatat sebagai wilayah dengan kasus terbanyak.

Ia menilai kondisi tersebut sudah diprediksi sebelumnya, mengingat pandemi Covid-19 sempat mengganggu layanan kesehatan secara luas.

“Akibat layanan yang terganggu saat pandemi, kini kita menghadapi kejadian luar biasa campak secara serentak di Indonesia,” katanya.

UNICEF bersama pemerintah daerah berkomitmen mendukung langkah-langkah penanggulangan campak di Pamekasan.

“Dengan ikhtiar bersama, insya Allah kita bisa mengatasi situasi ini. Anak-anak yang seharusnya sehat tidak boleh jatuh sakit, apalagi sampai meninggal,” tegas Armunanto.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *