28 C
Malang
Rabu, April 2, 2025
Lebaran & MudikCerita Mahasiswa Indonesia Rayakan Idulfitri di Iran: Seperti di Medan Perang

Cerita Mahasiswa Indonesia Rayakan Idulfitri di Iran: Seperti di Medan Perang

Agiel Laksamana Putra (paling kiri) bersama para rekannya usai menunaikan Salat Id di Imam Khomenei Mosalla, Teheran, Iran, Senin (31/3/2025). (Foto: IST)
Agiel Laksamana Putra (paling kiri) bersama para rekannya usai menunaikan Salat Id di Imam Khomenei Mosalla, Teheran, Iran, Senin (31/3/2025). (Foto: IST)

MAKLUMAT — Perayaan Idulfitri 1446 H/2025 M di Iran memiliki keunikan tersendiri. Di Kota Teheran misalnya, semua penduduk ibu kota Iran itu berkumpul di Imam Khomeini Mosalla untuk melaksanakan Salat Id pada Senin (31/3/2025) waktu setempat. Namun, terlihat helikopter terus berputar di udara tanpa henti, sementara militer bersenjata lengkap berjaga di setiap sudut musala.

Mahasiswa S2 Jurusan Religions and Mysticism, Faculty of Islamic Studiesm, Ahlul Bayt International University, Teheran, Ariel Laksamana Putra, menceritakan pengalamannya merayakan Idulfitri di negeri para mullah itu.

“Dan, jamaah yang berkobar-kobar mengumandangkan takbir, sesekali mengutuk Israel dan sekutu-sekutunya,” kisahnya kepada Maklumat.ID, selepas menunaikan Salat Id di Imam Khomeini Mosalla, Teheran, Iran.

Sekadar informasi, istilah mosalla (musala) di Iran merujuk pada sebuah rumah ibadah yang ukurannya lebih besar dari masjid dan sering digunakan untuk kegiatan keagamaan berskala besar. Hal itu berbeda dengan penggunaan istilah musala di Indonesia, yang umumnya mengacu pada tempat ibadah yang cenderung berukuran lebih kecil dari masjid.

Suasana euforia terasa lebih besar karena seluruh penduduk kota berkumpul di satu tempat untuk melaksanakan Salat Id, berbeda dengan di Indonesia yang tersebar di berbagai lokasi. Agiel mengaku sudah tiba di musala sekitar pukul lima pagi waktu setempat dan baru selesai sekitar pukul sepuluh. “Berbeda dengan di Indonesia yang Salat Id itu selesai (mungkin) sekitar pukul tujuh pagi,” ungkapnya.

Momen juga terasa semakin istimewa sebab Sang Rahbar alias Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, yang memimpin Salat Id dan menyampaikan khutbah. Khutbah pertama membahas tentang agama dan bagaimana meningkatkan ketakwaan. Sedangkan khutbah kedua membahas situasi politik.

“Kita merasakan Idulfitri seperti di medan perang. Karena beberapa kali semangat para jamaah itu berkobar gitu, dengan mengucap takbir, terus seruan-seruan untuk jihad, dan lain sebagainya,” kata pemuda asal Bangkalan, Madura itu.

Kendati demikian, meski perayaan Idulfitri di Iran memiliki keunikan tersendiri, Agiel mengaku merindukan perayaan dan suasana Idulfitri di Indonesia, terutama kebersamaan dengan keluarga, mudik, bertemu kerabat, bersalam-salaman, hingga menikmati masakan khas Indonesia.

“Kalau mengobati rasa kangen, itu biasanya kami ke KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia), karena ada masakan khas (Indonesia),” terang alumnus Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya tersebut. KBRI Teheran sendiri sudah merayakan Idulfitri kemarin (30/3/2025), mengacu pada penetapan yang dilakukan oleh Arab Saudi.

Lebih lanjut, Agiel mengungkapkan sejumlah persamaan maupun perbedaan perayaan Idulfitri di Iran dengan di Indonesia. Salah satunya adalah tradisi silaturahmi. “Sama (dengan di Indonesia) setelah Salat Id, orang-orang saling silaturahmi. Namun hanya keluarga dekat dan tetangga saja yang berkunjung atau dikunjungi. Tidak seramai seperti silaturahmi di Indonesia lah pokoknya,” kelakarnya.

Suasana Salat Id di Imam Khomenei Mosalla, Teheran, Iran, pada Senin (31/3/2025). (Foto: IST)
Suasana Salat Id di Imam Khomenei Mosalla, Teheran, Iran, pada Senin (31/3/2025). (Foto: IST)

Selain itu, masyarakat Iran sebelumnya sudah merayakan Nowruz atau perayaan Tahun Baru Persia pada Kamis (20/3/2025) lalu. Ketika Nowruz, masyarakat Iran mendapatkan libur selama sekitar dua pekan. Itu memungkinkan mereka untuk bepergian, mengunjungi keluarga, dan merayakan dengan berbagai tradisi. Skala perayaan Idulfitri lebih sederhana dibandingkan dengan Nowruz tersebut.

“Sedangkan untuk Idulfitri, Pemerintah Iran hanya menetapkan dua hari libur resmi. Jadi masyarakat Iran itu mudiknya saat libur Nowruz itu tadi,” ujar Agiel, yang juga mengemban amanah sebagai Anggota Bidang Eksternal Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Iran.

Sekadar diketahui, Agiel sudah sekitar setahun terakhir melanjutkan studinya di Iran. Ia sudah tiba di Teheran sejak Februrari 2024 lalu. Ini adalah kali kedua ia merayakan Idulfitri di Iran.

Ia berpesan untuk sesama WNI di luar negeri untuk saling menjaga silaturahmi. “Karena kita jauh dari keluarga. Sesama teman-teman mahasiswa atau warga negara Indonesia di luar negeri, semoga lebih menjaga tali silaturahmi dengan sering kumpul dan sebagainya,” pungkas Agiel.

__________

Penulis: M Habib Muzaki | Editor: Ubay NA

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

BACA JUGA ARTIKEL TERKAIT

ARTIKEL LAINNYA

Populer