
MAKLUMAT — Wakil Kepala Badan Penyelenggara (BP) Haji, Dahnil Anzar Simanjuntak, menegaskan bahwa kegiatan manasik haji bukan sekadar pelatihan teknis, tetapi fondasi penting dalam menyiapkan jemaah Indonesia secara utuh, baik secara fisik, spiritual, maupun sosial.
“Manasik sangat penting bagi jemaah haji sebagai upaya persiapan dan pelaksanaan saat di Saudi Arabia,” ujar Dahnil, saat membuka kegiatan Bimbingan Manasik Haji Nasional di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Sabtu (19/4/2025).
“Kami sadar bahwa jemaah haji Indonesia sangat beragam. Mungkin ada yang pertama kali naik pesawat, bahkan pertama kalinya ke luar daerah. Maka, hal-hal teknis dalam perjalanan haji sangat penting. Yang tak kalah penting adalah istithaah,” sambungnya.
Dalam kesempatan itu, ia juga mendoakan agar seluruh jemaah Indonesia diberikan kesehatan dan kebugaran selama menjalani ibadah haji.
Transformasi Haji Nasional
Dalam sambutannya, Dahnil menjelaskan bahwa BP Haji adalah lembaga baru hasil terobosan Presiden Prabowo Subianto, yang akan mulai mengambil alih penuh pengelolaan penyelenggaraan haji nasional pada tahun 2026 mendatang, menyusul penyempurnaan regulasi melalui revisi UU Nomor 8 Tahun 2019.
Meski begitu, ia menegaskan bahwa pada musim haji 1446 Hijriah tahun ini penyelenggaraan haji masih berada di bawah Kementerian Agama (Kemenag) seperti sebelumnya.
“Sebagian besar masyarakat mungkin belum mengetahui tentang BP Haji. Badan ini adalah terobosan baru yang dibentuk Presiden Prabowo agar haji tidak hanya menjadi kegiatan ritual, tapi juga berdampak luas bagi bangsa,” kata dia.
“Tahun ini, seluruh satuan kerja Kementerian Agama (Kemenag) masih membantu proses penyelenggaraan haji, dan kami belajar banyak dari Kemenag,” lanjut pria yang juga mantan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah itu.
Tri Sukses Haji: Dari Syariat ke Peradaban
Lebih lanjut, Dahnil mengungkapkan bahwa BP Haji telah merumuskan apa yang disebutnya dengan Tri Sukses Penyelenggaraan Haji, sebagai pilar utama untuk transformasi tata kelola ibadah haji Indonesia ke depan.
Tiga pilar tersebut mencakup sukses ritual, sukses ekosistem ekonomi, serta sukses peradaban dan keadaban.
– Sukses Ritual: Penyelenggaraan ibadah haji yang sesuai syariat, efisien, aman, nyaman, dan bebas dari korupsi.
– Sukses Ekosistem Ekonomi: Membangkitkan daya saing dan memberikan efek ganda ekonomi bagi umat.
– Sukses Peradaban dan Keadaban: Menjadikan haji sebagai ajang penguatan ukhuwah, nasionalisme, dan simbol kebangkitan umat.
“Haji harus menjadi penguat kebangsaan. Jangan lupa, kemerdekaan Indonesia juga lahir dari kontribusi para haji. Maka kami yakin, tahun ini akan menjadi tahun penyelenggaraan haji terbaik sepanjang sejarah, dan kami akan meneruskan standar tinggi yang sudah dibangun oleh Kemenag,” pungkas politisi Partai Gerindra itu.