
MAKLUMAT — Trapaing Thmor, sebuah desa kecil di Kamboja, menjadi cikal bakal dakwah Muhammadiyah di negeri seberang. Di antara hamparan sawah dan kehidupan sederhana, berdiri sekolah yang dulunya hanyalah sebidang tanah tak terawat—sebuah kubangan ayam. Tempat itu kini telah bertransformasi menjadi gedung pendidikan yang memancarkan cahaya ilmu.
Syafiq Mughni, Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah,Kamis (27/2/2025), melangkah ke halaman sekolah dengan senyum hangat. Safari dakwahnya di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Islam-Buddha di Kamboja membawanya ke Trapaing Thmor Primary School, sebuah pusat pendidikan yang lahir dari semangat gotong royong dan kepedulian umat.
Anak-anak berseragam sederhana menyambutnya dengan tatapan penuh antusiasme, tangan-tangan mungil mereka menggenggam buku tulis yang kertasnya telah mulai lusuh, namun semangat mereka tetap membara.
“Harapannya, sekolah ini ke depan semakin gemilang,” ujar Syafiq dalam pesannya kepada para siswa. “Anak-anak di sini diharapkan tumbuh menjadi pribadi yang berbakti kepada orang tua dan memiliki peran penting dalam masyarakat dengan amal saleh.”
Suara anak-anak yang riang berlarian di sekitar ruang kelas yang telah berdiri kokoh sejak 2013 itu menjadi bukti bahwa sekolah ini lebih dari sekadar bangunan. Ia adalah simbol perubahan, hasil dari kerja keras Muhammadiyah yang terus menebarkan dakwahnya hingga ke penjuru dunia.
Sejak awal berdirinya, Trapaing Thmor Primary School telah menjadi saksi bagi perjuangan komunitas muslim setempat untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Para guru, yang mayoritas adalah perempuan, dengan sabar dan tekun mengajar di sekolah ini, memberikan ilmu tanpa pamrih.
“Kami sangat berterima kasih kepada ibu-ibu guru yang telah mendedikasikan waktu dan tenaga untuk mendidik anak-anak ini,” ujar Syafiq dengan penuh apresiasi. “Semoga setiap usaha yang dicurahkan menjadi amal jariyah yang tak terputus.”
Jaringan Internasional Muhammadiyah
Sekolah ini merupakan bagian dari jaringan internasional Muhammadiyah yang telah berkembang pesat melalui Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) dan sister organization. Jaringan ini tersebar di berbagai negara, termasuk Singapura, Malaysia, Thailand, Timor Leste, Vietnam, dan Mauritius.
Di Kamboja, Muhammadiyah telah menjalin ikatan kuat dengan masyarakat muslim setempat, membangun pusat-pusat pendidikan yang tidak hanya mencetak generasi cerdas, tetapi juga membawa perubahan sosial yang lebih luas.
Kunjungan Syafiq ke sekolah ini bukan sekadar perjalanan seremonial. Lebih dari itu, ini adalah pesan bahwa pendidikan adalah jembatan menuju masa depan yang lebih baik, terutama bagi komunitas muslim di daerah minoritas seperti Kamboja.
Dengan dakwah yang merangkul dan membangun, Muhammadiyah berharap bisa terus menjadi lentera di berbagai belahan dunia. Sementara matahari sore mulai condong ke barat, anak-anak masih berkumpul di halaman sekolah, beberapa dari mereka berlatih membaca, yang lain bercanda riang.
Di tempat yang dulu hanya kubangan ayam, kini tumbuh harapan yang terus berkembang, menjulang setinggi langit.***