MAKLUMAT – Sebuah serangan udara Israel menewaskan lima jurnalis Al Jazeera, termasuk koresponden terkenal Anas al-Sharif, di tenda pekerja media yang berada di luar gerbang utama Rumah Sakit al-Shifa, Kota Gaza, Ahad (10/8/2025) malam. Total tujuh orang dilaporkan tewas.
Korban lainnya adalah Mohammed Qreiqeh, juru kamera Ibrahim Zaher, Mohammed Noufal, dan Moamen Aliwa. Mereka sedang meliput ketika rudal Israel menghantam tenda tersebut.
Sebelum tewas, Anas al-Sharif sempat mengunggah video dan pesan di media sosial X tentang pemboman intensif Israel atau “sabuk api” yang mengguncang Gaza. Dalam video terakhirnya dikutip dari Al Jazeera, terdengar ledakan keras dan terlihat kilatan cahaya oranye di langit malam.
قصف لا يتوقف…
منذ ساعتين والعدوان الإسرائيلي يشتد على مدينة غزة. pic.twitter.com/yW8PesTkFT— أنس الشريف Anas Al-Sharif (@AnasAlSharif0) August 10, 2025
Dalam pesan wasiat tertanggal 6 April, al-Sharif menulis bahwa dirinya tak pernah ragu menyampaikan kebenaran meski harus menghadapi risiko kematian, sambil mengungkapkan kesedihan meninggalkan istri dan dua anaknya.
Al Jazeera Kecam Keras
Jaringan Media Al Jazeera menyebut pembunuhan itu sebagai “serangan terang-terangan terhadap kebebasan pers” dan menuding Israel mencoba membungkam liputan tentang penderitaan warga Gaza.
Militer Israel menuduh al-Sharif memimpin sel Hamas. Namun, analis Euro-Med Human Rights Monitor, Muhammed Shehada, menegaskan tidak ada bukti atas klaim itu. Pelapor khusus PBB untuk kebebasan berekspresi, Irene Khan, juga menyebut tuduhan Israel kerap digunakan untuk membenarkan pembunuhan jurnalis di Gaza.
Sejak Oktober 2023, Israel telah menewaskan lebih dari 200 jurnalis dan pekerja media di Gaza. Kelompok HAM menilai tuduhan terhadap jurnalis Palestina adalah bagian dari strategi untuk mendiskreditkan liputan pelanggaran Israel.
Comments