MAKLUMAT — Ketua Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional (LHKI) PP Muhammadiyah Imam Addaruqutni, menandaskan pentingnya keterampilan diplomasi bagi kader-kader Muhammadiyah.
Hal itu ia sampaikan ketika memberikan sambutan dalam kegiatan Muhammadiyah Diplomacy Training (MDT) Batch 3, yang digelar LHKI PP Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), pada 22-24 Agustus 2025.
Kegiatan yang diikuti 50 kader terpilih dari berbagai unsur persyarikatan itu, mengangkat tema ‘Green Diplomacy and Humanitarian Engagement‘. MDT Batch 3 sendiri disebut sebagai kelanjutan dari pelatihan serupa yang telah digelar sebelumnya, yakni Batch 1 di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) dan Batch 2 di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada 2024.
Program tersebut juga merupakan implementasi keputusan Muktamar Muhammadiyah tahun 2022 dalam memperkuat peran kader pada isu-isu global, khususnya perdamaian, hak asasi manusia (HAM), dan dialog antaragama.
Siap di Forum Global
Imam menegaskan bahwa keterampilan diplomasi sangat penting bagi kader Muhammadiyah. Melalui forum tersebut, diharapkan para kader Persyarikatan semakin terbiasa dan matang di forum-forum internasional.
“Pelatihan ini membangun atmosfer agar kita terbiasa dalam forum internasional. Aspek protokoler, komunikasi, hingga penampilan sangat penting. Hal sederhana seperti penggunaan jas bisa membangun kredibilitas dan kepercayaan,” ujarnya.
Materi yang diberikan dalam forum tersebut mencakup soal ‘Risalah Islam Berkemajuan dan Internasionalisasi Muhammadiyah’, ‘Diplomasi Bilateral dan Multilateral’, ‘Diplomasi Digital’, ‘Tata Kelola Internasional’, ‘Penyusunan Policy Brief’, hingga simulasi negosiasi dan persidangan internasional.
Gastrodiplomasi hingga Etika Kemanusiaan
Sementara itu, Rektor UMY Achmad Nurmandi, yang turut menjadi pembicara dalam forum tersebut menyoroti pentingnya strategi Gastrodiplomasi, alias diplomasi dengan menggunakan makanan dan kuliner.
“Menjamu tamu dengan kuliner khas seringkali membuat suasana lebih hangat, sehingga komunikasi dan kerja sama lebih mudah dilakukan. Muhammadiyah harus selalu relevan menghadapi tantangan global,” katanya.
Sementara itu, Yayah Khisbiyah, penanggung jawab acara sekaligus narasumber, menekankan bahwa pendekatan praktis harus berpijak pada nilai.
“Melalui simulasi dan workshop, kami ingin peserta tidak hanya memahami teori, tetapi mampu menerapkannya untuk menjawab tantangan global. Bumi adalah Amanah, Kemanusiaan adalah Panggilan—ini bukan sekadar slogan, melainkan landasan teologis dan etis kita dalam bertindak,” jelasnya.
Duta Besar Salman Al Farisi turut memberikan apresiasi. “Muhammadiyah memiliki jaringan global yang kuat. Pelatihan semacam ini sangat vital untuk mentransformasi nilai kemanusiaan dan lingkungan menjadi aksi diplomasi yang konkret dan berdampak,” ujarnya.
Kegiatan tersebut diharapkan menghasilkan Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang dapat diimplementasikan oleh para peserta di lingkungan masing-masing. Ke depan, LHKI berencana menggelar pelatihan serupa secara lebih profesional dengan melibatkan peserta dari negara mitra seperti Inggris, Thailand, dan Afghanistan.
Sekadar diketahui, selama tiga hari, para peserta mengikuti 13 sesi intensif dari para praktisi diplomasi, termasuk Duta Besar (Dubes) RI serta pakar lintas bidang.