Diplomat Indonesia Tewas Ditembak di Peru, Dosen UMY: Tidak Terkait dengan Peristiwa Sebelum-sebelumnya

Diplomat Indonesia Tewas Ditembak di Peru, Dosen UMY: Tidak Terkait dengan Peristiwa Sebelum-sebelumnya

MAKLUMAT — Dosen Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Drs Bambang Wahyu Nugroho MSi, turut menyoroti kasus kematian diplomat Indonesia di Peru, Zetro Leonardo Purba.

Sebelumnya dikabarkan bahwa Zetro Leonardo Purba, diplomat Indonesia yang bertugas di Lima, Peru, tewas usai ditembak ketika bersepeda bersama istrinya pada Senin (1/9/2025) malam waktu setempat.

Drs Bambang Wahyu Nugroho MSi. (Foto: UMY)
Drs Bambang Wahyu Nugroho MSi. (Foto: UMY)

Menurut Bambang, peristiwa nahas yang menimpa Zetro adalah murni tindakan kriminal acak, bukan intrik-intrik geopolitik maupun diplomatik. Ia menilai bahwa situasi kemanan domestik di Peru memang cukup rawan.

Menurutnya, kejadian tersebut tidak berkaitan dengan kasus-kasus sebelumnya, seperti tragedi yang menimpa Burhan Muhammad dan sang istri di Pakistan, ataupun kematian misterius Arya Daru di kamar kosnya.

“Tahun 2015, diplomat kita di Pakistan, Pak Burhan Muhammad, meninggal bersama istri dalam tragedi helikopter jatuh. Juli kemarin, Mas Arya Daru ditemukan meninggal di kamar kosnya. Kemarin, Pak Zetro ditembak di Lima. Semua kejadian ini tidak ada hubungan satu sama lain,” terangnya, dilansir laman resmi UMY, Jumat (5/9/2025).

Bambang menjelaskan, sejak 2018, Peru sudah lima kali berganti presiden. Instabilitas politik itu berdampak pada krisis ekonomi dan sosial. Angka pengangguran yang tinggi, kesenjangan sosial, hingga maraknya kejahatan menjadikan ibu kota Peru, Lima, salah satu kota berbahaya, bahkan bagi warganya sendiri.

Baca Juga  Eklektik, Sikap Politik Muhammadiyah Sebelum Kemerdekaan Hingga Tahun 1966

“Saya menduga Pak Zetro merasa aman di Lima, sama seperti saat di Melbourne atau Jakarta. Padahal, kultur sosial di Lima sangat buruk. Tindak kriminal sering terjadi, dan hampir semua berandalan di sana membawa small gun,” ujarnya.

Bambang menilai langkah pemerintah Indonesia sudah tepat dengan mendesak investigasi cepat dan transparan dari pemerintah Peru. Namun, ia juga memberikan catatan jika dalam waktu seminggu tidak ada kejelasan, maka wajar bila Indonesia mempertanyakan keseriusan Peru dalam melindungi diplomat asing.

Meski demikian, Bambang mengaku optimis bahwa tragedi tersebut tidak akan memengaruhi hubungan diplomatik Indonesia–Peru. Menurutnya, kasus tersebut adalah kriminal murni yang bisa menimpa siapa saja, dan pemerintah Peru telah berkomitmen menanganinya secara profesional.

Lebih jauh, ia berpesan kepada mahasiswa Hubungan Internasional yang bercita-cita menjadi diplomat agar tidak kehilangan semangat. Setiap profesi, katanya, memiliki risiko, termasuk diplomat. Namun, risiko itu bisa diminimalisir dengan kepekaan membaca situasi.

“Menjadi diplomat sebenarnya jauh lebih safe dibanding pekerjaan lain di luar negeri, seperti di sektor pertambangan atau LSM. Diplomat memiliki jaminan keamanan. Hanya saja, mereka harus peka dan mampu membaca kondisi negara tempat bertugas,” pungkas Bambang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *