MAKLUMAT – Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Ulil Abshar Abdalla alias Gus Ulil mengakui telah menerima teror selama beberapa hari terakhir terkait bencana banjir yang melanda wilayah Sumatera. Menanggapi hal tersebut, Hasanudin Abdurakhman, cendekiawan jebolan Tohoku University, Jepang ikut memberikan pandangannya.
Pria yang akrab disapa Kang Hasan itu menilai bahwa perlakuan publik yang diarahkan kepada Ulil tidak tepat. Menurutnya, jika ada pihak yang layak dimintai pertanggungjawaban, seharusnya ditujukan kepada Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN), Zulkifli Hasan (Zulhas). Pasalnya, Zulhas yang kini menjabat Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan, sedang ramai dituding oleh banyak pihak karena diduga memiliki peran dalam kerusakan lingkungan.
Tudingan itu muncul setelah ramai beredar cuplikan video di media sosial ketika Zulhas ditegur oleh aktor Hollywood, Harrison Ford. Video tersebut merupakan bagian dari dokumenter Years of Living Dangerously yang direkam pada September 2013 ketika Zulhas masih menjadi Menteri Kehutanan pada Kabinet Indonesia Bersatu II di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Teror Kepada Gus Ulil
Melalui akun X pribadinya, Gus Ulil membenarkan bahwa ia mendapat berbagai bentuk teror, seraya mengunggah tangkapan layar dari tulisan Kang Hasan di Facebook. “Catatan menarik dari Kang Hasan. Benar, sudah empat hari ini saya diteror melalui telp, wa, dan bahkan kiriman paket ke rumah. Saya dianggap bertanggung jawab atas banjir di Sumatera,” tulisnya melalui akun X @ulil pada Rabu (3/12/2025).
Melalui akun Facebooknya, Kang Hasan pun membuat unggahan bertajuk “Ulil, Narasi Lingkungan, dan Kekejian Framing”. Ia mengawali tulisan dengan menyinggung diksi “Wahabi Lingkungan” yang pernah dilontarkan Gus Ulil dalam sebuah diskusi dengan Greenpeace beberapa bulan lalu. Pantauan maklumat.id di media sosial menemukan bahwa diksi itu ramai digunakan ulang oleh masyarakat sebagai wujud ketidaksetujuan mereka dengan pemikiran Gus Ulil.
“Apa salah Ulil? Diksi dia soal ‘Wahabi lingkungan’ itu diingat orang, tapi sering kali dalam konteks yang sama sekali tidak tepat. Ulil mungkin tidak tepat benar posisinya soal isu lingkungan. Tapi mengaitkan ucapannya dengan bencana sekarang, jelas framing yang salah besar,” tulis Kang Hasan.
Relasi Manusia dan Lingkungan
Kang Hasan bercerita bahwa ia pernah berada dalam posisi serupa dengan Ulil ketika berhadapan dengan kelompok pegiat lingkungan yang ia nilai sangat radikal. Kelompok ini menginginkan alam tetap benar-benar “alami”, seolah manusia harus dipisahkan dari alam.
Menurut Kang Hasan, cara berpikir seperti itu tidak realistis. Karena kalau manusia dipandang terpisah dari alam, maka apa pun tindakan manusia akan selalu dianggap merusak lingkungan. Ia menegaskan bahwa sejak manusia muncul di bumi, mahluk ini memang selalu membawa dampak bagi alam.
Karena itu, menurutnya, tidak masuk akal jika ada yang menuding satu kelompok sebagai perusak lingkungan sementara mereka sendiri mengaku paling mencintai alam. Sebab semua manusia, dengan keberadaannya saja, pasti ikut mengubah lingkungan.
“Lebih jelas lagi, rumah yang kamu tinggali itu menggusur berbagai spesies hewan yang sebelumnya hidup di situ. Demikian pula jalan di depan rumahmu, dan yang kamu lewati tiap hari. Ringkasnya, tidak mungkin kamu hidup tanpa merusak alam dan mengganggu makhluk hidup lain,” tegasnya.
“Belum lagi kalau kita bicara pembangunan. Kita ingin melestarikan hutan. Ya sudah, jangan sentuh hutan itu. Biarkan saja jadi paru-paru dunia, tapi kita tetap miskin. Itu tidak mungkin,” imbuhnya.
Bukan Ulil, tapi Zulhas
Kang Hasan lalu menjelaskan bahwa pembangunan harus berjalan, agar manusia tetap bisa hidup. Namun perubahan lingkungan akibat pembangunan harus dikendalikan. Menurutnya, yang terjadi di Indonesia saat ini bukan sekadar pembangunan, tapi perusakan lingkungan yang sangat parah. Hal itu terjadi karena pengabaian berbagai peraturan.
“Fokus kita sebenarnya bukan pada gagasan soal bagaimana lingkungan harus dikelola. Tapi pada soal berbagai pelanggaran aturan lingkungan yang diloloskan dan dibiarkan saja oleh para pejabat korup. Bagi saya yang perlu diteror adalah Zulkifli Hasan, bukan Ulil,” tegasnya.