DK3P Jawa Timur Dorong Masjid Al-Badar Surabaya untuk Jadi Percontohan Penerapan K3L

DK3P Jawa Timur Dorong Masjid Al-Badar Surabaya untuk Jadi Percontohan Penerapan K3L

MAKLUMAT — Wakil Ketua Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Provinsi (DK3P) Jawa Timur, Edi Priyanto, berharap Masjid Al-Badar Surabaya dapat menjadi salah satu percontohan rumah ibadah yang mendorong penerapan Keamanan, Keselamatan, dan Kesehatan Lingkungan (K3L). Menurutnya, hal semacam ini masih sangat jarang dibahas dalam konteks rumah ibadah.

Harapan itu ia sampaikan saat mengisi Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Penerapan Safety Culture dan Healthy di Lingkungan Masjid. Acara ini digelar oleh Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) PWM Jawa Timur di Masjid Al-Badar pada Ahad (7/9/2025). FGD ini diikuti oleh takmir dan masyarakat di sekitar masjid.

“Saya berharap agar diskusi semacam ini menjadi hal yang selalu digalakkan di tengah praktek K3L yang mungkin sudah dilakukan sehari-hari. Hal semacam ini perlu terus dibicarakan di tengah praktiknya,” ujarnya.

FGD ini membahas penerapan K3L di lingkungan masjid, sebuah isu yang menurut Edi masih jarang menjadi prioritas bagi banyak rumah ibadah. Banyak masjid yang belum menempatkan keselamatan dan kesehatan lingkungan sebagai bagian integral dari kegiatan sehari-hari.

Selain itu, ia juga menilai Masjid Al-Badar patut diapresiasi karena terus berupaya meningkatkan praktik K3L secara berkelanjutan. Edi menekankan, masjid memang harus menjadi teladan. Apa yang dipraktikkan di masjid akan lebih mudah ditiru masyarakat, terutama jika dibarengi sosialisasi yang masif.

Baca Juga  Apresiasi Inisiatif Muhammadiyah, DK3P Jatim Dorong Budaya Aman dan Sehat Beribadah di Masjid

“Hari ini zamannya sosial media, yang lebih juga ke audio visual. Nah, ini harus dimanfaatkan untuk memperlihatkan contoh yang sudah dilakukan. Ini lebih mampu membuat masyarakat meniru,” ujarnya.

Menurut Edi, pemanfaatan media sosial tidak sekadar untuk menampilkan kegiatan masjid, tetapi juga untuk menggerakkan kesadaran jamaah terhadap lingkungan. Banyak hal bisa dilakukan untuk menerapkan K3L, tetapi pemetaan prioritas menjadi penting agar upaya yang dilakukan efektif dan berkelanjutan.

Beberapa contoh konkret yang dibahas dalam FGD antara lain pengelolaan sampah anorganik dan pemanfaatan bahan bekas di masjid. Edi menekankan agar bahan bekas tidak hanya dibuang pada tempatnya, tetapi dikelola agar tidak mencemari lingkungan.

Selain itu, pemanfaatan air wudhu juga menjadi perhatian. Air yang biasa terbuang bisa digunakan untuk menyiram tanaman atau kebutuhan lain, sehingga tidak terbuang sia-sia. Pengelolaan limbah minyak goreng juga penting. Banyak jamaah atau takmir yang mungkin masih membuang minyak bekas ke wastafel, padahal hal itu dapat merusak saluran airnya.

“Kebaikan yang kita berikan, akan kembali kepada kita. Tidak harus dalam bentuk materi. Dalam konteks lingkungan, ya akan kembali dalam anak cucu kita,” tandasnya.

Edi menambahkan, semua proses ini bersifat bertahap, tetapi yang paling penting adalah kesinambungan. Mengubah perilaku jamaah terkait lingkungan membutuhkan pendekatan ilmiah dan strategi edukasi yang konsisten. Edukasi ini mencakup pengelolaan limbah, perilaku hemat energi, hingga pemahaman dampak lingkungan dari setiap aktivitas masjid.

Baca Juga  Masjid Al-Badar Implementasikan Pendekatan K3L

Dengan berbagai upaya ini, Edi berharap Masjid Al-Badar tidak hanya menjadi contoh internal bagi jamaahnya, tetapi juga bisa menginspirasi masjid lain di Surabaya maupun Jawa Timur untuk mulai menerapkan K3L. Kesadaran akan keamanan, keselamatan, dan kesehatan lingkungan, menurutnya, akan menjadi fondasi penting agar rumah ibadah bisa berkontribusi bagi masyarakat dan lingkungan secara lebih luas.​

“Paling tidak, apa yang bisa kita lakukan, kita lakukan dulu. Pertentangan pasti ada. Namun kita tetap harus mengkomunikasikannya kepada masyarakat,” ujarnya.​

*) Penulis: M Habib Muzaki

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *