MAKLUMAT — Dua kawasan taman bumi (geopark) Indonesia, yakni Geopark Meratus di Kalimantan Selatan dan Geopark Kebumen di Jawa Tengah, pada pertengahan April 2025 lalu, resmi ditetapkan sebagai bagian dari Jaringan Geopark Global UNESCO (UNESCO Global Geoparks/UGGp). Kehadiran dua geopark baru ini menggenapkan 12 aman bumi yang ada di Indonesia. Apa saja yang menjadi daya tarik keduannya?
Geopark Meratus membentang sepanjang 600 kilometer dan mencakup delapan kabupaten di Kalimantan Selatan, serta sebagian wilayah Kalimantan Tengah dan Timur. Kawasan ini dikenal menyimpan lanskap ofiolit, yakni batuan dasar samudra yang terangkat ke permukaan sejak era Jurassic, sekitar 150–200 juta tahun lalu.
“Meratus merupakan bukti proses tektonik aktif masa lalu yang membentuk susunan batuan unik di wilayah ini,” ujar geolog dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta, Joko Susilo seperti dikutip dari laman Indonesia.go.id, Selasa (13/5/2025).
Kawasan ini juga menjadi habitat spesies endemik seperti bekantan, beruang madu, dan anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum). Dua jenis burung baru yang hanya ditemukan di kawasan ini adalah sikatan kadayang (Cyornis kadayangensis) dan kacamata meratus (Zosterops meratusensis).
Selain kekayaan hayati, Geopark Meratus juga dihuni oleh masyarakat adat Dayak dan Banjar yang dikenal menjaga keseimbangan alam melalui kearifan lokal. Mereka terlibat aktif dalam kegiatan konservasi dan ekowisata melalui komunitas seperti Dangsanak Geopark Meratus, serta program pelestarian anggrek dan bekantan di Tahura Sultan Adam dan kawasan Curiak, Barito Kuala.
Luas Geopark Meratus sekitar 3,645.01 km2, mencakup 6 Kabupaten/Kota, yaitu Kota Banjarbaru, Kota Banjarmasin, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Tapin, Kabupaten Barito Kuala, dan Kabupaten Banjar. Di dalam Kawasan Geopark Meratus juga terdapat beberapa suku asli Kalimantan Selatan, yaitu Suku Banjar dan
Suku Dayak Meratus.
Museum Geologi Terbuka di Pulau Jawa
Di Jawa Tengah, Geopark Kebumen mencakup 22 dari 26 kecamatan. Kawasan ini dikenal dengan situs Karangsambung, tempat bertemunya batuan samudra dan benua, serta menjadi lokasi penting dalam studi geologi Indonesia.
“Geopark Kebumen memiliki kekayaan geologi, hayati, dan budaya yang terintegrasi,” ujar General Manager Badan Pengelola Geopark Kebumen, Sigit Tri Prabowo.
Sejumlah situs utama di kawasan ini antara lain Lava Bantal dan Rijang Merah di Desa Seboro, serta Watu Kelir, yang memperlihatkan proses geologis puluhan juta tahun lalu. Selain geodiversitas, masyarakat Kebumen juga menjaga kekayaan budaya melalui tradisi, kerajinan, dan kuliner khas.
Menurut Sigit, status sebagai geopark global mendorong sinergi antara edukasi, konservasi, dan pengembangan ekonomi lokal berbasis pariwisata.
Tanggung Jawab Berkelanjutan
Direktur Jenderal UNESCO, Audrey Azoulay, menyebut geopark sebagai “mercusuar pembangunan berkelanjutan.” Ia menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam menjaga warisan bumi melalui pendekatan edukatif yang berbasis budaya.
Penetapan geopark global bukanlah tujuan akhir, melainkan awal dari komitmen jangka panjang dalam pengelolaan lingkungan, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan.
Dengan pengakuan terbaru ini, 12 geopark Indonesia yang telah berstatus global meliputi: Batur, Belitong, Ciletuh-Palabuhanratu, Gunung Sewu, Ijen, Maros-Pangkep, Merangin, Raja Ampat, Rinjani, Kaldera Toba, Meratus, dan Kebumen.