Founder Malaka Project Apresiasi Mendikdasmen Abdul Mu’ti, Sorot Pentingnya Kompetensi Dasar

Founder Malaka Project Apresiasi Mendikdasmen Abdul Mu’ti, Sorot Pentingnya Kompetensi Dasar

MAKLUMAT — Founder Malaka Project, Cania Citta, menyebut Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti sebagai sosok yang memahami dan peduli terhadap kompetensi dasar di dalam dunia pendidikan.

Hal itu ia ungkapkan dalam video di kanal YouTube @MalakaProjectid, yang diunggah pada Rabu (30/4/2025). Dalam video tersebut, Cania juga banyak menyoroti terkait kompetensi dasar peserta didik.

Cania menjelaskan bahwa kompetensi dasar yang meliputi kemampuan membaca, menulis, dan berhitung merupakan fondasi utama yang wajib dimiliki oleh setiap warga negara. Karena kemampuan tersebut sangat penting untuk mengelola informasi, mengambil keputusan yang tepat, dan menjalin interaksi sosial secara sehat.

Namun demikian, berbagai pemberitaan dan hasil penelitian mengindikasikan adanya persoalan serius terkait penguasaan kompetensi dasar pada siswa-siswi di Indonesia.

“Tentu saja ini adalah tugasnya negara yang mengelola uang dan sumber daya kita semua, tapi negara juga butuh support dari publik yang paham duduk perkaranya dengan tepat,” imbuh Cania.

Menurutnya, kompetensi dasar dari siswa-siswi akan dapat terpenuhi jika sistem pendidikan disesuaikan dengan posisi atau level pendidikan suatu negara. Terkait hal ini, Indonesia masih berada di level bawah. Sehingga metode dan kurikulumnya harus difokuskan ke penguatan kemampuan dasar, bukan langsung meniru apa yang sedang berlangsung di negara-negara maju.

“Nah, Pak Mu’ti sepertinya adalah sosok yang paham dan peduli nih soal kompetensi. Kelihatan ada keinginan untuk merangkai sistem yang benar-benar ngebangun kompetensi, bukan sekadar ada gedung sekolah, ada kursi cukup, gurunya mengajar, gurunya datang. Tapi benar-benar ada mastery yang kebangun. Ini penting. Sekarang tinggal gimana eksekusinya,” jelas Cania.

Baca Lainnya  Hubungan Muhammadiyah dengan Partai Politik adalah Mutualistis

Dalam menjalankan hal tersebut, Cania menilai bahwa semua sumber daya yang tersedia dapat dilibatkan, mulai dari para guru berpengalaman dan berkualitas, perusahaan, hingga media serta kreator konten edukasi. Pelibatan seluruh pihak ini dimaksudkan untuk benar-benar memastikan bahwa progres yang diharapkan dapat tercapai. Setelahnya, ia menekankan pentingnya evaluasi.

Insentif Berdasarkan Perkembangan, Bukan Hanya Hasil

Evaluasi terhadap proses pembelajaran memerlukan keberadaan lembaga independen yang terdiri dari individu-individu yang kompeten dan memahami persoalan secara mendalam untuk melakukan penilaian secara objektif.

Cania menjelaskan bahwa lembaga semacam ini akan memiliki fokus khusus dalam mengukur capaian belajar, sehingga hasilnya dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai efektivitas proses pendidikan.

Lebih lanjut, hasil evaluasi ini berpotensi menjadi landasan penting dalam proses perumusan dan pengambilan kebijakan pendidikan yang lebih tepat sasaran. Cania menegaskan bahwa apabila capaian belajar dapat diukur dengan jelas, maka pemberian insentif kepada pihak-pihak yang terlibat, seperti guru dan sekolah, dapat dilakukan secara adil.

Dalam pandangannya, sekolah dan guru yang benar-benar berhasil meningkatkan kemampuan dasar siswa patut mendapatkan dukungan lebih besar, termasuk insentif tambahan. “Nah kalau udah ada pengukuran yang jelas seperti itu, baru insentif bisa diberikan dengan tepat. Guru dan sekolah yang berhasil benar-benar meningkatkan kemampuan dasar anak harus dapat dukungan lebih, harus dapat insentif yang lebih besar,” imbuhnya.

Baca Lainnya  Mendikdasmen Abdul Mu'ti Tegaskan Restorative Justice untuk Selesaikan Kasus Kekerasan dalam Pendidikan

Cania menyoroti pentingnya perubahan paradigma dalam menilai kinerja guru dan sekolah. Menurutnya, penilaian tidak seharusnya hanya terpaku pada hasil akhir atau nilai akhir siswa. Melainkan lebih menekankan pada sejauh mana peningkatan yang terjadi selama proses belajar.

Untuk itu, ia menyarankan agar dilakukan tes awal berbasis standar nasional guna mengetahui titik awal kemampuan siswa saat memasuki jenjang pendidikan tertentu. Dengan adanya data-data semacam ini, sekolah yang berhasil menunjukkan peningkatan signifikan dalam mendorong kemampuan peserta didik layak mendapatkan apresiasi lebih tinggi dibandingkan sekolah yang hanya mempertahankan siswa berprestasi tinggi tanpa peningkatan signifikan.

“Dan ketika dia (peserta didik) keluar dari sekolah itu jadi tinggi skillnya, jadi ada perkembangan. Nah di situlah kita kasih insentif sebesar-besarnya buat sekolahnya, buat gurunya. Jadi guru dan sekolah performanya dinilai bukan dari hasilnya tapi loncatannya, perkembangannya seberapa jauh,” usulnya.

Ia juga mengingatkan bahwa kekuatan fondasi pembelajaran sangat menentukan keberhasilan program-program pendidikan lanjutan.

“Kalau kemampuan dasarnya udah enggak kuat, apapun program atau metode belajar canggih yang dibangun di atasnya itu udah pasti runtuh. Maka itu kita harus pastikan fondasinya bagus, fondasinya kuat,” pungkas Cania.

*) Penulis: M Habib Muzaki

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *